Kekeringan Ancam Habitat Satwa di Taman Nasional Baluran

Taman Nasional Baluran
Sumber :
  • Taman Nasional Baluran

VIVA.co.id - Lembaga konservasi satwa dan hutan ProFauna menyatakan, kekeringan mengancam populasi satwa di padang savana taman Nasional Baluran. Lima ribu hektar lahan di taman nasional itu merupakan padang savana yang menjadi habitat satwa endemik.

Arema Tiba di Malang, Polisi Imbau Warga Tetap di Rumah

“Pengamatan kami, setiap tahun selalu ada pasokan air dari luar kawasan. Dengan curah hujan terakhir pada Mei, pasokan air dari luar paling cepat harus masuk sejak Agustus ini,” kata Chairman ProFauna, Rosek Nursahid, Jumat 31 Juli 2015.

Taman nasional yang terletak di Kabupaten Situbondo, Kecamatan Banyuputih Desa Wonorejo, Dusun Sumberawu itu memiliki julukan Africa Van Java. Suhu di kawasan itu bisa mencapai 40 derajat di musim kemarau. Taman seluas 25 ribu hektar itu juga dikenal sebagai habitat sejumlah satwa endemik pulau Jawa di antaranya banteng Jawa (Bos Javanicus), serta sejumlah satwa lain seperti Ajak, Rusa, Kerbau, Burung Merak dan Kijang.

Mahasiwa Pemburu Perawan Diganjar Penjara 10 Tahun

Meski populasi Banteng semakin sulit ditemukan, namun padang Savana di kawasan Taman Nasional Baluran tetap menjadi tempat tinggal dari aneka satwa tersebut.

“Satwa selalu berkumpul mencari makan dan minum di padang savana. Pada saat musim kemarau, tidak hanya air, rumput juga akan susah, tetapi ketahanan satwa pada air lebih rendah dibandingkan pada makanan,” ujarnya menambahkan.

Tunggakan Iuran BPJS di Jatim Capai Miliaran

Sejumlah satwa bahkan membutuhkan air untuk bertahan hidup lebih banyak dibandingkan satwa lain. Kerbau misalnya, satwa itu tak bisa hidup tanpa berkubang di air untuk mempertahankan suhu tubuhnya agar tetap lembab.

"Kerbau butuh berkubang sebagai mekanisme untuk melindungi tubuh dari sengat matahari, agar tidak dehidrasi. Jika tidak ada kubangan kerbau bisa mati,” ucapnya.

Rosek mengatakan, ekosistem savana bisa bertahan hidup selama dua bulan tanpa hujan. Lebih dari itu, pasokan air dan pakan alami akan berkurang dan habis.

"Umbi-umbian akan kering tanpa hujan dua bulan, pakan alami pun akan susah. Air biasa dipasok di kubangan buatan di sepanjang savana selama musim kemarau untuk kebutuhan satwa."

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Karangploso Malang menyebut, sebagian besar wilayah Jawa Timur sudah tidak lagi mendapat hujan sejak Mei 2015. BMKG memprediksi, hujan baru akan turun paling cepat pada Oktober 2015.

(mus)


 

 











Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya