Sang Ibu Sudah Ramal Soekarno Jadi Pemimpin Indonesia

Bung Karno
Sumber :
  • Ist.

VIVA.co.id - Soekarno mencatat ramalan yang diucapkan oleh ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai atau dikenal sebagai Idayu. Ia meramal bayi Soekarno kelak akan menjadi pemimpin dari rakyat Hindia yang terjajah. Konfirmasi ramalan ibundanya, didapat dari neneknya, sebagai saksi atas peristiwa kelahiran Soekarno.

Kisah itu diceritakan dalam buku "Bung Karno, Anakku" meriwayatkan sang ibunda Soekarno, Ida Ayu Nyoman Rai dan buku "Total Soekarno" karya Roso Daras.

Suatu ketika, saat masih kecil, Soekarno bangun dan tidak mendapati ibunya. Ia segera menuju pintu keluar, dan dilihatnya sang ibu tengah duduk menghadap ke timur, menatap matahari yang sebentar lagi muncul. Dengan langkah lunglai, Soekarno kecil mendekat.

Melihat putranya, sang ibu lalu memeluk Soekarno dan memangkunya. Ketika itulah, keluar sabda sang bunda.

"Lihat nak, lihat sang fajar. Engkau dilahirkan di waktu fajar, engkau akan menjadi orang besar dan pemimpin bagi bangsamu…"

Idayu adalah keturunan bangsawan Bali. Usai perang puputan Badung yang berujung pada kekalahan rakyat Bali melawan Belanda, muncul bencana. Keluarga istana menjadi miskin, karena raja dibuang dan harta istana dikuasai Belanda.

Idayu sebagai kerabat Raja Singaraja, merasakan akibat agresi Belanda yang mendatangkan kemelaratan bagi dia dan keluarga besarnya. Sejak itulah, kebenciannya kepada Belanda mendarah-daging.

Idayu sering menceritakan kisah-kisah heroik perjuangan anak bangsa mengusir penjajah. Dikisahkanlah perang Puputan, diceritakanlah Pangeran Diponegoro, dituturkannya heroisme para pejuang di pelosok negeri yang bertekad mengusir Belanda dari bumi Nusantara.

Dalam kesempatan seperti itu, Bung Karno sangat menikmatinya. Ia akan duduk di lantai dan bersandar di kedua kaki ibunya. Wajahnya menengadah, menyimak cerita kepahlawanan anak negeri.

Tak pernah pula Bung Karno lupakan, momentum pagi hari sebelum keberangkatannya ke Surabaya, untuk melanjutkan sekolah di HBS.

"Rebahlah nak, rebahlah di tanah," perintah sang ibu.

Curahan Hati Bung Karno yang Jadi Sasaran Pembunuh

Tanpa bertanya, apalagi memprotes, Soekarno kecil pun segera rebah di tanah menghadap langit semesta. Sang bunda segera melangkahi tubuh kecil Soekarno hingga tiga kali. Itu bentuk seluruh restu bagi sang putera.

Bung Karno sekolah di Surabaya, menumpang dan digembleng oleh HOS Cokroaminoto. Perjalanan selanjutnya adalah Bandung untuk menggapai titel insinyur di THS (sekarang ITB).

Sang ibu, yang kemudian berdiam di Blitar, adalah seorang ibu yang tidak pernah putus merestui dan mendoakan anaknya. Ada kalanya pula, Soekarno yang sowan ke Blitar, menjemput restu.

Soekarno terus meminta restu sang bunda. Dalam hal apa pun, ketika mengawali pelajaran, ketika mengawali kehidupan berumah-tangga,  restu bunda nomor satu.

Dalam banyak kesempatan, baik sehabis kembali dari pembuangan, atau dari tugas apa pun, orang pertama yang ia jumpai adalah ibunda. Ia bersimpuh dan sungkem, menghaturkan bakti kepada sang ibu, serta memohon doa restu.

Tidak hanya itu. Dengan ibunda, Bung Karno bisa bicara apa saja, mulai dari soal pergerakan, Tanah Air, sampai ke soal-soal percintaan. Tidak ada satu orang pun di atas bumi, yang mengetahui rahasia Bung Karno selengkap Idayu.

Terkadang, hanya dengan tatapan lembut ibu, cukup bagi jiwa Soekarno yang bergolak-golak. Ada kalanya, usapan lembut telapak tangan ibu, mampu meluluhkan jiwa gundah Soekarno.

Terjadi sebuah peristiwa yang menakjubkan tentang Idayu. Tahunnya sekitar tahun 1946 atau 1947. Bung Karno pun baru mengetahui beberapa tahun setelah peristiwa itu terjadi, kisah perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

Di sejumlah daerah terjadi perlawanan jarak dekat antara laskar-laskar pejuang dengan musuh. Kejadian ini di Blitar, persis di belakang rumah tempat tinggal keluarga Soekeni Sosrodihardjo-Idayu, orang tua Bung Karno.

Pasukan Indonesia berkumpul, menunggu dalam suasanan tiarap, diam. Untuk sekian lama, mereka hanya diam dan menunggu. Ibunda Bung Karno semula hanya diam memaklumi sebagai sebuah siasat perang.

Akan tetapi, ketika sekian lama tidak ada pergerakan, hanya diam dan menunggu, tidak sabarlah sang Idayu. Dengan mata yang menyala-nyala, keluarlah Idayu menghampiri pasukan yang masih diam menunggu. Menggeledeklah suara Idayu.

"Kenapa tidak ada tembakan? Kenapa tidak bertempur? Apa kamu semua penakut??"

Belum sempat ada satu pun yang menjawab, ketika Idayu mencecar kembali dengan nada tinggi.

"Kenapa kamu tidak keluar menembak Belanda? Hayo!!!"

Hasto Datangi KPK

Peran Penting Kerajaan Kotawaringin Bagi Kemerdekaan RI

Kerajaan Kotawaringin merupakan cikal bakal Provinsi Kalteng.

img_title
VIVA.co.id
20 Januari 2016