Berkat Bung Karno, Jalan Shafa-Marwah Lebar dan Mulus

Soekarno berdoa.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Dody Handoko

VIVA.co.id - Bung Karno menunaikan ibadah haji tahun 1955. Melaksanakan ibadah haji saat itu berbeda dengan era sekarang. Sebab, fasilitas penunjang kelancaran beribadah belum sesempurna saat ini. Saat itu jalan antara Shafa dan Marwah masih sempit dan tidak rata, ditambah pertokoan dan warung-warung makan di kiri kanan jalan.

Saat ini, jalan antara dua bukit tadi lebar dan mulus. Jika dulu, jalur tadi sempit dan digunakan untuk dua jalur, maka sekarang jalan lebih lebar, dan terdapat pemisah antara satu jalur dan jalur lainnya.

Pelebaran jalan dan perbaikan jalur Shafa dan Marwah adalah berkat saran Bung Karno kepada Raja Arab Saudi. Demikian yang ditulis Roso Daras di bukunya, "Soekarno, Sejarah yang Tercecer."

Pada 1955, pengaruh Bung Karno memang begitu besar. Tidak saja di negara-negara Asia dan Afrika, tetapi hingga ke bentang Eropa, Amerika, bahkan Timur Tengah, termasuk Saudi Arabia.

Bung Karno berangkat haji pada hari Jumat, sebuah hari suci bagi umat Islam. Karena itu, ia bergelar Haji Akbar. Tentu saja peristiwa itu tergolong langka. Sebuah versi menyebutkan, dari ibadah haji yang dilakukannya itulah ia mendapat tambahan nama "Ahmad".

Akan tetapi, Bung Karno  tidak menambah nama Ahmad maupun gelar haji di depan namanya. Sehingga, ia pernah berang ketika seorang wartawan Amerika Serikat menuliskan namanya sebagai Ahmad Sukarno.

Selain saran tentang jalan Shafa-Marwah, Bung Karno juga meninggalkan kenangan di padang Arafah, sebuah hamparan pasir yang luasnya sekitar 5,5 x 3,5 km, yang dikelilingi bukit-bukit.

Satu di antara bukit itu adalah Jabal Rahmah, yaitu bukit yang diyakini sebagai tempat bertemunya Nabi Adam dan Siti Hawa setelah dipisahkan kembali selama 300 tahun dari surga. Lokasi padang Arah, kurang lebih sekitar 26 km sebelah tenggara Kota Mekkah.

Di gurun pasir yang tadinya gersang itu kini terdapat rerimbunan pohon. Jemaah haji sering berlindung di bawah pohon yang diberi nama pohon Soekarno untuk menghindari sinar matahari yang panas.

Dinamakan pohon Soekarno karena pohon itu pemberian Bung Karno. Di Indonesia, jenis pohon yang ditanam di Arafah itu dinamakan pohon mimba. Oleh Raja Fadh, nama itu sebagai penghargaan bangsa Arab kepada Presiden Republik Indonesia yang pertama.

Dr. Soeharto, dokter pribadi yang ikut serta dalam rombongan haji Bung Karno, menuturkan betapa ia merasa beruntung. Sebab, tidak seperti kebanyakan jemaah haji yang lain, maka Bung Karno dan rombongan diperkenankan berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW di areal Masjid Nabawi, Madinah.  Raja Arab begitu menghormati Bung Karno.

Dalam perjalanan pulang dari Tanah Suci, kepada Dr. Soeharto dan didengar anggota rombongan yang lain, Bung Karno sempat menyampaikan pesan spiritualnya.

Curahan Hati Bung Karno yang Jadi Sasaran Pembunuh

"To… kamu hendaknya jangan mempergunakan predikat haji, sebelum kamu betul-betul dapat mendirikan –tidak sekadar menjalankan– salat secara tertib sebagaimana yang diperintahkan."

(ren)

Kisah Pelukis Arwah Si Manis Jembatan Ancol
Hasto Datangi KPK

Peran Penting Kerajaan Kotawaringin Bagi Kemerdekaan RI

Kerajaan Kotawaringin merupakan cikal bakal Provinsi Kalteng.

img_title
VIVA.co.id
20 Januari 2016