40 Tahun Menabung, Tukang Sapu Berangkat Haji

Tukang Sapu naik haji
Sumber :
  • Kusnandar Mataram/VIVA

VIVA.co.id - Seorang kakek yang kesehariannya sebagai tukang sapu, berumur 84 tahun di Desa Paok Motong Kabupaten Lombok Timur, berhasil mewujudkan mimpinya menunaikan ibadah Haji tahun ini.

Siapa yang menyangka, dengan pekerjaannya menjadi tukang sapu di pasar tradisional itu, Amaq Mi'in binti Zan bisa memenuhi impiannya menunaikan ibadah Haji. Keinginan mulianya itu telah ia pendam selama 40 tahun lebih. Tepatnya kala itu saat ia masih kekar melangkah, mengais rezeki di jalanan.

Tak ada yang bisa ia andalkan kala itu, selain tekad kerasnya untuk menunaikan haji. Berangkat dari keinginannya, Amaq Mi'in mulai mengumpulkan uang.

Ratusan Petugas Haji Bergerak Menuju Arab Saudi

Setiap upah per harinya yang tak tentu Rp8 ribu sampai Rp10 ribu, ia sisihkan sebesar Rp2 ribu yang dimasukkan dalam sarung bantal. Terkadang uang tersebut dipindahkan ke karung kemudian disimpan kembali di bawah bantal. Ia bahkan tak mengenal adanya jasa perbankan untuk menabung.

"Saya ingin lihat Ka'bah. Saya kepingin berdoa. Pokoknya saya nabung, terus saya nabung," katanya.

Amaq Mi'in selebihnya menyadari, bahwa ia bukan dari keluarga kaya raya atau berpenghasilan baik. Namun untuk cita-cita, menurutnya siapapun bisa menggapainya, asalkan ada keinginan dan keyakinan.

Ia hanya bisa menabung dan menabung hingga tak disangka, uangnya itupun terkumpul hingga sekitar Rp40 juta. Dirasanya cukup, uang itu dibawanya utuh menggunakan sebuah karung ke bank, untuk mendaftar haji tahun ini.

"Saya menabung sudah 40 tahun lebih. Upah saya Rp300 ribu setiap bulan totalnya dari nyapu, dibagi sama menantu, ditabung Rp5 ribu sisanya pakai makan," ucapnya singkat.

Anaknya Nuraini, mengaku sangat bersyukur keinginan bapaknya di usianya yang ke 84 tahun itu mampu mewujudkan mimpi untuk berangkat Haji. Rencananya, ia bersama ibu dan adiknya akan mengantar keberangkatan bapaknya ke Asrama Haji pada keberangkatan kloter 3 ini.

"Saya bersyukurlah bapak saya bisa naik Haji. Kita sudah mempersiapkan keberangkatannya. Kita sekeluarga akan mengantarkan," kata dia.

Nuraini menceritakan, terkadang karena status sosialnya tersebut banyak orang yang meremehkan dan hanya memandangnya sebelah mata. Bahkan ada orang yang menyebutnya gila, lantaran terlalu besar berharap mengumpulkan uang receh untuk berangkat ke Tanah Suci.

"Adek saya dan banyak orang pernah meremehkan, 'Kayak orang gila kepingin naik Haji.' Terus dijawab sama bapak, 'Kenapa saya gila kalau ada uang untuk naik Haji,'" katanya menceritakan.

Kesehariannya setiap pagi buta, Amaq Mi'in bangun dari tempat tidurnya kemudian bersiap untuk berangkat bekerja. Ia tak akan mengecewakan pemilik tempat usaha yang memberikannya upah dari pekerjaan buruh sapunya itu. Sesekali waktu Muin pernah banting setir dari pekerjaannya itu, jika saja ada tawaran kerja sampingan yang dapat dikerjakannya di saat waktu senggang.

"Saya lihat setiap pagi sudah bersih semua halaman lapak pedagang di sini, menyapu di sini sudah biasa dilakukannya," ujar salah seorang pemilik tempat usaha di pasar tradisional, Zohdi.

Zohdi mengaku kaget saat dikabarkan bahwa kakek Muin yang dikenal sederhana dan tidak banyak bicara itu bisa berangkat Haji tahun ini. Ia pun membandingkan dirinya yang hingga kini belum mendapatkan kesempatan baik seperti yang di alami Muin.

"Kita saja yang sudah lama ini belum bisa berangkat menunaikan Haji, ya karena nasib saja sebetulnya. Insya Allah mungkin saya belakangan," katanya.

Pemprov DKI Mengukuhkan 115 Petugas Haji
Calon jemaah haji asal Sumenep.

Tak Ada Barang 'Aneh', 445 Jemaah Haji Madura Siap Berangkat

"Biasanya kalau dari Madura bawa barang yang aneh-aneh."

img_title
VIVA.co.id
8 Agustus 2016