Penjahat Bersenjata Api Canggih, Produksi Lampung?

Senjata api disita Polda Lampung saat menggelar Operasi Cempaka I Krakatau 2015.
Sumber :
  • Aan/ Lampung
VIVA.co.id
Polisi Dalami Kaitan Tukang Listrik Bersenjata dan Teroris
- Fenomena penggunaan senjata api dari industri rumahan senjata rakitan makin banyak, besar, dan canggih. Sejumlah kelompok , beberapa kali tertangkap menggunakannya.

Heboh Tukang Listrik Punya Senjata Api dan Ratusan Peluru
Salah satunya yang disebut-sebut paling baik adalah senjata api hasil produksi Lampung. Benarkah demikian?

Modus Baru Pencurian Rumah dengan Ketapel
Kanit 1 Subdit Kejahatan dan Kekerasan Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kompol Gunardi, mengatakan bahwa yang banyak digunakan penjahat kini memang beragam.

Terlihat, dari adanya berbagai model dan sistem mekanis setiap senjata api rakitan yang disita polisi dari para penjahat. Salah satunya adalah Provinsi Lampung.

"Makanya, mungkin saja disana (Lampung) sudah banyak yang membuka industri rumahan perakitan senjata api ini," ujar Gunardi, Selasa 25 Agustus 2015.

Baca Juga:



Sebagai contoh, dari tangkapan tim kepolisian saat ini, ada dua kelompok penjahat yang diketahui sama-sama memakai Produksi Lampung. Tetapi, modelnya berbeda. 

Pertama, dari kelompok penjahat asal Lampung spesialis pencurian motor. Polisi meringkus dua tersangka dan salah satunya, yakni pelaku bernama Ramdhani (31) memiliki dengan peluru Calliber 38.  

Senpi tersebut, dibeli dari seorang kenalannya, penjahat asal Lampung lainnya seharga Rp3 juta hingga Rp5 juta.

"Kepada penyidik, pelaku tak tahu di mana pabrik pembuatannya. Sebab, rekannya pun mengambil senjata itu dari seseorang di Lampung, dan tidak datang sampai ke pabriknya," kata Gunardi.

Gunardi menilai, senpi rakitan yang dimiliki Ramdhani tergolong dibuat dengan baik. Senpi itu memiliki gagang kayu berwarna cokelat mengkilap yang sudah dihaluskan. Lalu. tempat pelurunya terbuat dari besi tempa berwarna silver metalik yang mengkilap. 

"Senpi rakitan ini juga bisa diisi sekaligus enam peluru. Namun, saat ditembakkan, untuk menembak lagi, penembak mesti menggeser sendiri tempat peluru itu. Jadi, tak otomatis bergerak sendiri rumah pelurunya seperti revolver asli," jelas Gunardi. 

Berbeda lagi dengan senpi rakitan yang dimiliki pelaku begal yang diringkus Gunardi dan timnya pada 4 Agustus 2015. Dari tangan Abdul Wahab (40), begal yang diringkus. Didapati senpi rakitan dengan peluru kaliber sembilan milimeter. 

Wahab mengaku membelinya lewat perantara seorang temannya yang sedang berada di penjara.



Senpi rakitan itu diketahui punya model lebih jelek. Gagangnya dibuat asal dengan lilitan lakban hitam. Lalu, besi tempatnya berwarna hitam yang tak mengkilap.

Selain itu, cara kerjanya pun jauh lebih buruk dengan milik Ramdhani. "Kalau yang milik Wahab ini, hanya bisa diisi satu peluru saja. Jadi, setiap sudah menembak, apabila hendak menembak lagi, harus isi peluru lagi," tambah Gunardi.

Satu-satunya ciri yang sama, yakni kedua senpi tak memiliki ulir. Sehingga, saat menembak tak akan pernah tepat sasaran. Teknologi membuat ulir di laras senpi inilah, lanjut Gunardi, yang masih belum dimiliki para pembuat senpi rakitan. 

Tapi melihat perbedaan-perbedaan itu, Gunardi memperkirakan, sudah banyak pembuat senpi rakitan di sana.

"Tetapi, Senpi rakitan Lampung ini munculnya belakangan. Lebih dulu senpi rakitan Cipacing, Jawa Barat," kata Gunardi. 

Gunardi mengaku tak ingat kapan senpi rakitan buatan Lampung mulai terdengar. Namun, dia memperkirakan, baru lima tahun belakangan mulai terdengar pembuat senpi rakitan dari Lampung. (asp)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya