Menteri Sofyan Djalil: Kinerja RJ Lino Sangat Bagus

Menteri Agraria dan Tata Ruang, Sofyan Djalil.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
VIVA.co.id - Menteri Negara Perencanaan Pembangunan/Kepala Bapennas, Sofyan Djalil, mengklarifikasi seputar percakapannya lewat telepon dengan Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II (Pelindo), Richard Joost Lino, yang beredar di media massa.
Garis Tangan Buat Dua Orang ini Tetap Jadi Menteri

Sofyan merasa perlu mengoreksi pemberitaan itu karena berhubungan dengan kasus hukum dan melibatkan nama Presiden Joko Widodo. Lino bahkan mengancam mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Dirut Pelindo II karena tak terima dengan perlakuan polisi yang menggeledah kantornya pada Jumat, 28 Agustus 2015.
Rp2,5 Triliun Disiapkan Pemerintah untuk Bank Tanah

Sofyan mengaku cukup mengenal Lino. Bahkan dia yang mengangkat Lino sebagai Dirut Pelindo II pada tahun 2008, saat itu dalam kapasitas sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Menguak Persoalan Utama Logistik Nasional

Sebenarnya, kata Sofyan, perihal yang diadukan Lino tak ada kaitan dengan posisinya sebagai Kepala Bappenas. Dia menelepon Lino kala itu pun bukan dalam kapasitas sebagai Menteri, melainkan bentuk empati atas peristiwa penggeledahan di kantor Pelindo II.

"Saya telepon karena empati saja, kok, Lino digeledah. Jadi marah-marah dia, kan. Kebetulan dia bicara depan wartawan. Kesannya seolah-olah sebenarnya lagi emosi saja," kata Sofyan di Istana Negara, Jakarta, Senin, 31 Agustus 2015.

Sofyan mengaku tak sedikit pun niat mencampuri perkara hukum yang berkaitan dengan penggeledahan kantor Pelindo II itu. Lagi pula, kasus itu belum terang betul duduk perkaranya.

Namun dia memberikan kesaksian, bahwa kinerja Lino tak mengecewakan dalam memimpin Pelindo II, bahkan sangat bagus. Indikatornya, di antaranya, pendapatan Pelindo II naik, jumlah kontainer hingga persoalan antrean kapal di Pelabuhan Tanjung Priok.

"Tak hanya di Tanjung Priok tapi juga di Pontianak. Banyak sekali perbaikan-perbaikan," katanya.

Percakapan

Percakapan Lino dengan Sofyan Djalil itu terjadi ketika Tim penyidik Badan Reserse Kriminal Mabes Polri menggeledah ruang Lino di Tanjung Priok, Jakarta, pada 28 Agustus 2015. Lino tak terima dengan penggeledahan itu karena tak pernah dipanggil atau dimintai keterangan oleh polisi.

Dia mengaku tak tahu menahu duduk perkara hingga polisi membongkar-bongkar kantornya. Dia pun merasa tersudut dan telah diadili karena polisi menyertakan para wartawan dalam penggeledahan itu.

Saat para penyidik Bareskrim Mabes Polri menggeledah, Lino ditelepon Sofyan Djalil. Dia sengaja mengeraskan volume telepon selulernya dengan maksud memperdengarkan percapakan kepada para wartawan yang mengerubunginya.

Lino mengadukan penggeledahan itu kepada Sofyan Djalil di ujung telepon. Dia membeberkan aktivitas penyidik polisi yang disebut hendak mencari dokumen

Dalam penggeledahan itu, Mobile crane dianggap mempengaruhi proses dwell time alias bongkar muat di pelabuhan.

Kepada Sofyan Djalil, RJ Lino mengaku tak menghalang-halangi tindakan polisi. Dia cuma memprotes penggeledahan itu seolah tiba-tiba dan dia sebagai tertuduh, ditambah diliput media massa.

Salinan atau transkrip percakapan melalui sambungan telepon antara Lino dengan Sofyan Djalil dapat disimak pada

(mus)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya