Minta Bantu Malaysia, Ketua Ampera Riau Dianggap Pengkhianat

Kabut asap di Pekanbaru
Sumber :
  • ANTARA/Rony Muharrman

VIVA.co.id - Sudah 18 tahun kebakaran hutan dan lahan selalu terjadi di Riau. Kondisi yang sama juga terjadi di sejumlah provinsi lainnya di Pulau Sumatera. Namun, pemerintah selalu gagal melakukan upaya pencegahan agar kejadian serupa tidak terjadi lagi.

Kebakaran terus berulang sehingga kabut asap pun tak terelakkan lagi. Ketika itulah, miliaran uang dikucurkan untuk memadamkan api dan menanggulangi kabut asap. Kalau saja pencegahan bisa dilakukan dari awal, kondisinya tentu akan berbeda.

Adalah Hendri Marhadi, Ketua Amanat Penderitaan Rakyat (AMPERA) Riau. Ia miris melihat kondisi yang terjadi di Sumatera saat ini, terutama Riau. Bagaimana tidak, sudah berhari-hari rakyat Indonesia yang ada di pulau Andalas itu disekap kabut asap. Hidup menghirup udara yang masuk kategori 'berbahaya' menurut Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU).

Sementara, ia melihat pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Joko Widodo lamban membantu aparat di daerah menanggulangi kebakaran hutan dan lahan serta kabut asap. Meski sudah dilakukan upaya pemadaman dengan water bombing dan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk membuat hujan buatan, namun itu masih belum maksimal. Karena peralatan dan helikopter yang dikerahkan masih terbatas.

"Karena itu saya mengirim surat terbuka kepada Perdana Menteri Malaysia melalui konsulatnya di Pekanbaru. Saya meminta bantuan kepada Malaysia agar mereka mengerahkan pasukan Bomba-nya membantu Riau menangani kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan ini," kata Hendri kepada VIVA.co.id, Selasa, 8 September 2015.

Pria kelahiran Indragiri Hulu 15 Maret 1980 ini tak punya maksud lain selain meminta bantuan agar derita masyarakat Riau akibat kabut segera berakhir. Sudah ribuan orang terkena ISPA dan penyakit lainnya akibat asap. Sudah tak terhingga luas alam yang rusak.

"Upaya saya ini ada yang dinilai positif. Tak sedikit yang memberikan dukungan. Namun ada juga yang kontra. Selain banyak yang mendukung, ada juga menilai saya mengkhianati RI. Padahal, pada tahun 1995, 2005 dan 2013, Malaysia mengirim pasukan Bomba membantu Indonesia memadamkan kebakaran hutan dan lahan di Riau," ungkap dosen Fakultas Ekonomi di Universitas Riau itu.

Ia optimis Malaysia mau membantu, seperti yang pernah dilakukan sebelumnya kalau kita bersama memintanya. Apalagi, Malaysia merasakan juga dampak kabut asap ini.

Satelit Lapan Deteksi 232 Hotspot Jelang Puncak Kemarau

"Barangkali pemerintah pusat lambat turun karena selama ini mereka tidak merasakan langsung dampak kabut asap dari Sumatera. Kalau Malaysia kan kena dampaknya," ujar jebolan S2 Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Bandung ini.

Ia menambahkan, Jumat pekan ini ia akan datang kembali ke konsulat Malaysia yang ada di Pekanbaru untuk memantau perkembangan surat tersebut.

Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia

Mengapa Praktik Bakar Hutan Berulang Lagi?

Di sejumlah wilayah Sumatera kini mulai terjadi kebakaran hutan lagi.

img_title
VIVA.co.id
9 Agustus 2016