- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id - Komisi I DPR RI membahas anggaran operasional intelijen dalam rapat kerja dengan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Sutiyoso, Kamis 10 September 2015.
Ketika ditemui usai rapat tertutup itu, Sutiyoso mengatakan, Komisi I memahami tugas dan tanggung jawab berat yang dibebankan kepada BIN. Apalagi, kata Sutiyoso, BIN membagi tugas intelijennya menjadi dua, yakni untuk dalam dan luar negeri.
"Seperti yang Anda tahu, di Amerika, intelijen dibagi dua, luar negeri dan dalam negeri, CIA dan FBI. Nah, di negara lain juga begitu. Tapi, di Indonesia memang dirangkap dalam satu lembaga, namanya BIN. Jadi, tugas dan tanggung jawab lingkupnya luas. Karena itu tidak masuk akal, jika biayanya hanya sekian, maka kita tidak akan maksimal," kata Sutiyoso.
Maka dari itu, kata Bang Yos, sapaan akrab Sutiyoso, BIN dan Komisi I memperjuangkan agar anggaran yang sebelumnya berkisar Rp2 triliun itu bisa ditingkatkan. Anggaran itu juga sangat dibutuhkan untuk operasional dalam negeri.
"Terutama untuk menjaga keamanan dalam negeri. Selama ini, (ancaman) tidak bisa terdeteksi dengan baik, karena anggota BIN sangat kurang. Dari kebutuhan 5.400 sekian personel, yang ada hanya 1.900 sekian personel," ungkap Sutiyoso.
Dalam rapat itu, Sutiyoso memperjuangkan agar anggaran BIN dinaikkan menjadi Rp3,7 triliun. Dana tersebut, katanya, dibutuhkan untuk operasional selama 2016.
"Ya, segitu itu yang kami minta untuk 2016. Sudah kebutuhan minimal lah. Tahun lalu itu pun minimal Rp3 triliun. Itu sudah disepakati oleh Komisi I pada saat presentasi kepala BIN yang lama tahun lalu," kata Sutiyoso.
Kepala BIN: Pembakaran Vihara di Tanjungbalai Aksi Spontan
Delapan vihara dibakar massa. Sejumlah kendaraan dirusak.
