Ini yang Bikin Penyelenggaraan Haji Beda dari Sebelumnya

Jemaah haji
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi

VIVA.co.id - Kementerian Agama menilai penyelenggaraan ibadah haji tahun 1436 Hijriah atau 2015 Masehi cukup sukses jika dibandingkan dengan pelaksanaan tahun-tahun sebelumnya.

Penyelenggaraan tahun ini dianggap sukses terkait tiga hal. Pertama, biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH). Kedua masalah transportasi. Ketiga, terkait dengan aspek pemondokan.

Direktur Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah Kementerian Agama, Abdul Jamil, mengatakan tiga hal tersebut bisa menjadi patokan keberhasilan penyelenggaraan haji tahun ini. Sejauh ini, Kemenag berusaha meningkatkan pelayanan.

"Salah satu tindak lanjut dari hasil rekomendasi pelaksanaan ibadah haji tahun sebelumnya adalah penurunan BPIH. Hingga tahun ini, berhasil diturunkan sampai 15,6 persen," ujar Jamil di kantornya, Minggu malam, 13 September 2015.

Jamil mencontohkan, pada tahun lalu calon jemaan haji yang masuk porsi harus melunasi biaya BIPH sebesar US$ sebesar 3.219 atau sekitar Rp45 juta. Sementara untuk tahun ini, calon jemaah haji cukup melunasi US$ 2.717 atau sekitar Rp38 juta.

Calon Haji Asal Madura Nekat Bawa Jamu Kuat Lelaki

"Dibandingkan tahun lalu, tahun ini BPIH haji reguler lebih murah US$502 atau sekitar Rp7.028.000. Penurunan biaya BPIH bukan berarti penurunan layanan," kata Jamil.

Jamil mengatakan fasilitas untuk para jemaah tidak diturunkan. Bahkan dia mengklaim ada peningkatan fasilitas secara signifikan.

Dari sisi transportasi, menurut Jamil, kali ini tidak ada lagi jemaah yang mendarat di Jeddah seperti tahun lalu. Semuanya mendarat di Madinah, terutama untuk gelombang pertama.

"Kita sekarang mengubah rute, bahwa jemaah gelombang pertama harus semua mendarat di Madinah. Kalau tahun 2014 ada 32 ribu jemaah gelombang pertama mendarat di Jeddah, tentu itu menambah biaya transportasi dan kelelahan bagi jemaah karena masih harus menempuh jalan darat dari Jeddah ke Madinah selama kurang lebih 6-8 jam," ujar Jamil.

Kementerian juga menyediakan bus salawat. Bus ini mengantarkan jemaah dari pemondokan hingga ke Masjidil Haram. Bahkan, jam operasinya hingga 24 jam dan sopirnya dari Indonesia sehingga memudahkan para jemaah untuk berinteraksi.

"Ini adalah salah satu rekomendasi evaluasi tahun lalu, transportasi. Sopirnya kami sediakan orang Indonesia agar lebih nyaman. Dan terus berputar melayani jemaah," kata Jamil.

Kementerian, lanjut dia, juga mengurangi lokasi pemondokan hingga 50 persen. Sebelumnya, ada 12 pemondokan yang tersebar, tapi kini dipangkas menjadi enam. Alasannya agar memudahkan koordinasi dan transportasi.

Keenam lokasi pemondokan tersebut antara lain terdapat di Syissah, Aziziyah, Mahbas Jin, Misfalah, Jarwal, dan Raudhoh.

"Pengurangan pemondokan ini bukan berarti mengurangi layanan. Layanan tetap diutamakan. Misalnya, dalam satu kamar tidak boleh melebihi kapasitas delapan orang. Kemudian pemilihan enam lokasi tersebut karena lebih memudahkan koordinasi dan akses transportasi. Lokasinya lebih dikenali dan terjauh 4,5 km," kata Jamil.

Dia mengaku, pihak Arab Saudi sudah memberikan fasilitas dan kenyamanan kepada jemaah haji asal Indonesia. Sehingga, bisa nyaman dalam beribadah.

Hanya saja, kata dia, ketika mengurus data jemaah untuk visa dari mulai kabupaten/kota, pihak kerajaan Arab Saudi mulai melakukan pengetatan dokumen mulai 20 Juli lalu.

Jemaah Haji Indonesia Kloter Pertama Tiba di Madinah

"Dampaknya ada sebagian visa jemaah tertahan. Namun Insya Allah semua jamaah bisa berangkat menunaikan ibadah haji. Hanya ada yang sebagian kecil saja tertunda atau berubah kloter penerbangannya karena persoalan visa itu,” ujar Jamil. (ase)

Jemaah haji dari Embarkasi Surabaya

Keberangkatan Ditunda, Dua Calon Haji Tunggu Putusan Hakim

Dua calon haji asal Pamekasan harus menunggu putusan pengadilan.

img_title
VIVA.co.id
10 Agustus 2016