- ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
VIVA.co.id - Organisasi pemerhati sawit, Sawit Watch mencatat, sepanjang September 2015 terdapat 1.062 titik api di areal perkebunan kelapa sawit yang ada di seluruh Indonesia.
Dari pemantauan Satelit Modis (Moderate-resolution Imaging Spectroradiometer) yang dilakukan Sawit Watch pada periode 1-6 September khusus untuk wilayah Riau, ada sekitar 80 titik api di dalam perkebunan kelapa sawit, dan 61 titik api di antaranya berada di lahan gambut. Jumlah ini naik dari September 2014 yang hanya berjumlah 11 titik api.
Di Jambi terdapat 175 titik api di dalam perkebunan kelapa sawit. Sebanyak 167 titik api ada di kawasan lahan gambut.
Direktur Eksekutif Sawit Watch Jefri Saragih mengatakan, kurang seriusnya perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk mengelola perkebunan menjadi penyebab utama dari banyaknya kebakaran lahan di perkebunan kelapa sawit.
Untuk itu, pemerintah perlu mengambil sikap tegas dalam menindak perusahaan yang dalam operasionalnya menyebabkan terjadinya kebakaran hutan.
"Dari sisi hukum, pemerintah memiliki beberapa pilihan untuk menjerat badan-badan usaha tersebut, misalnya melalui UU no 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang mengakomodir tiga jalur peradilan, yakni pidana, perdata dan administrasi," ujar Jefri Saragih saat dihubungi viva.co.id, Selasa, 15 September 2015.
Menurut Jefri, penyelesaian perkara melalui tiga jalur peradilan tersebut dapat memberikan efek jera dan juga membebankan biaya pemulihan kerusakan lingkungan kepada badan usaha yang melakukan pembakaran hutan dan lahan.
"Jika pemerintah telah gagal melakukan pencegahan kebakaran hutan pada tahun ini, maka setidaknya penegakan hukum terhadap pelaku pembakaran hutan, dan lahan harus dilakukan dan harus tepat sasaran."
(mus)
