Pemerintah Targetkan Asap di Riau Hilang dalam 14 Hari

Pemadaman Kebakaran Hutan di Jambi
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro

VIVA.co.id - Sudah 18 tahun lebih kebakaran hutan dan lahan menimbulkan dampak yang luas. Kini masyarakat terus menanti terobosan pemerintah untuk menyelesaikan kebakaran hutan dan lahan. Saat ini sudah lebih dari tiga pekan, kebakaran hutan dan lahan telah menimbulkan bencana kabut asap yang juga ikut dirasakan negara tetangga.

Satelit Lapan Deteksi 232 Hotspot Jelang Puncak Kemarau

Berkali-kali rapat koordinasi juga sudah digelar guna menyelesaikan kabut asap. Sore ini, Rabu, 16 September 2015, Presiden Joko Widodo, menggelar rapat terbatas penanganan kebakaran hutan dan lahan di Istana Negara.

Dalam  dalam keterangan pers usai rapat kabinet terbatas, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Willem Rampangilei, sesumbar masqlah kabut asap dapat diselesaikan dalam waktu 14 hari. Selain itu, dia memastikan asap dan titik api atau hotspot di Riau, sudah tidak ada lagi.

Jelang Puncak Kemarau,Titik Api di Sumatera Meningkat
"Riau kita tetapkan dari hasil pembicaraan dengan pemda, dengan melihat ancaman yang ada dan kemampuan yang dimiliki, Riau ditetapkan 14 hari sejak Kamis lalu," ujar Willem.

Penetapan waktu-waktu ini, tidak sama antar daerah. Sebab, seperti di Sumatera Selatan, Jambi dan Kalimantan, pemerintah menetapkan waktu yang lebih banyak untuk bisa memadamkan api dan asap dari daerah-daerah tersebut.

"Sumatera Selatan 30 hari sejak Jumat, Jambi 30 hari sejak Senin. Begitu juga Kalimantan," kata Willem.

Target ini, kata Willem, karena memang Presiden Joko Widodo memerintahkan agar segera dilakukan pemadaman api dan menghilangkan asap sesegera mungkin.

"Nah segera itu terjemahan satu provinsi dengan yang lain tidak sama," katanya.

Menurut Willem, situasi kebakaran hutan saat ini baik di Kalimantan maupun Sumatera, sudah terlihat adanya perubahan yang positif.

"Jumlah hotspot, berdasarkan scientific base jumlah hotspot membaik di Kalimantan dan Sumateran. Karena upaya pemadaman kebakaran di darat dan udara dan upaya pencegahan kebakaran hutan yang baru," ucapnya.

Turunnya hujan di sejumlah tempat, kata Willem, memberi pengaruh yang sangat signifikan. Sehingga, situasi saat ini dinilainya sedikit membaik. Walau, ada beberapa lokasi yang belum bisa dikatakan baik karena Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) masih di atas 150 atau tergolong tidak sehat.

"Untuk itu kami manfaatkan situasi untuk intensifkan pemadaman lewat udara dan darat melalui water bombing dan modifikasi cuaca, sosialiasi dan perkuat tindakan penegakan hukum," katanya.
Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia

Mengapa Praktik Bakar Hutan Berulang Lagi?

Di sejumlah wilayah Sumatera kini mulai terjadi kebakaran hutan lagi.

img_title
VIVA.co.id
9 Agustus 2016