- VIVA.co.id/Ahmad Rizaluddin
VIVA.co.id - Pemerintah Indonesia mempertimbangkan mengajukan tuntutan kepada perusahaan kontruksi pemilik crane yang tumbang di Masjidil Haram pada Jumat 11 September 2015 lalu. Tragedi itu menyebabkan lebih 100 calon jemaah haji kehilangan nyawa, dan 11 di antaranya berasal dari Indonesia.
Rencana menggugat perusahaan disampaikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.
“Terbuka peluang untuk menyampaikan tuntutan hak khusus sesuai dengan hukum yang berlaku di Arab Saudi. Jadi di Arab Saudi ada ketentuan bagi perusahaan atau pihak-pihak tertentu, yang karena satu dan lain hal, melakukan kelalaian yang mengakibatkan jatuhnya korban hilangnya nyawa seseorang itu bisa diajukan tuntutan khusus,” ujar Lukman di Mekah seperti dikutip dari Media Center Haji Kementerian Agama, Jumat, 18 September 2015.
Meski nantinya Raja Arab Saudi berencana memberikan santunan kepada para korban, namun upaya itu tidak mengugurkan pengajuan gugatan.
Tuntutan khusus, kata dia, diatur dalam ketentuan perundang-undangan Saudi Arabia dan karenanya hal ini sedang dipelajari.
Raja Salman mengumumkan pemberian santunan kepada setiap keluarga korban yang wafat atau cacat tetap dengan besaran SR 1.000.000 atau Rp3,8 miliar.
Bantuan uang tunai juga diberikan pemerintah Saudi kepada korban yang mengalami luka. Kisaran yang diberikan adalah sebesar SR 500.000 atau Rp1,9 miliar.
“Inilah yang saat ini sedang dipeljari kemungkinana untuk ditindaklanjuti atau tidak. Mudah-mudahan dalam waktu dua tiga hari ke depan akan semakin jelas setelah kita mengajukan nama-nama baik korban jiwa maupun luka yang ahli warisnya berhak mendapatkan santunan tersebut,” tutur Menag.
Terkait dengan informasi kerajaan Arab Saudi juga akan mengundang 2 anggota keluarga ahli waris, Lukman Hakim Saifuddin belum bisa mengonfirmasinya. Keterangan yang sudah menjadi kepastian adalah santunan uang.
Indonesia Tagih Janji Saudi untuk Korban Crane Jatuh
Raja Saudi menjanjikan Rp3,8 miliar untuk tiap keluarga tewas.
