- VIVAnews/Umi Kalsum
VIVA.co.id - Kejadian kebakaran di lantai 8 kamar 801 Hotel Sakkab Al Barakah, Aziziah, membuat seluruh penghuni hotel harus dievakuasi karena alasan keamanan.
Tapi saat ini hotel yang sempat terbakar sudah diisi kembali. Namun, sesuai dengan protap dari petugas pemadam kebakaran di Arab Saudi, seluruh kamar di lantai yang terbakar tidak boleh dihuni. Seluruh jemaah yang ada di lantai 8 dipindahkan ke Hotel Holiday Inn yang masih berada di Mekkah.
Terkait dengan kejadian kebakaran ini, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mencatat dan mengevaluasi agar kejadian kebakaran tidak terulang lagi. Kebakaran terjadi karena korsleting listrik akibat alat masak yang dibiarkan menyala dalam waktu lama.
"Harus dibatasi dengan ketat bahkan kalau perlu ada larangan yang ketat agar tidak memasak di dalam kamar," ujar Menag seperti dikutip dari Media Center Haji (MCH), Jumat 18 September 2015.
Dengan adanya kejadian ini, Menag berharap jemaah mengerti bahwa memasak dengan alat listrik di dalam kamar bisa berpotensi kebakaran. Lukman Hakim mengakui telah bertemu dengan pemilik hotel. Kementerian Agama kemudian diminta mengimbau jemaah haji Indonesia tidak menggunakan alat masak listrik di kamar.
Imbauan bahkan larangan akan diberikan, meski Menag mengakui tetap bisa memaklumi jika ada jemaah yang masih memasak. Sebab, kondisi Makkah sekarang berbeda dengan sebelumnya.
"Agar bisa dapat makanan tidak semudah dulu. Kalau dulu mudah mendapatkan penjual makanan, sekarang sudah sulit ditemui," ujar Menag.
Ini karena Pemerintah Arab Saudi melarang pedagang yang tidak berizin untuk menjual makanan siap saji. Sementara rumah makan yang ada sangat terbatas. Sementara Pemerintah hanya menyediakan makan sekali dalam sehari, tepatnya pada makan siang.
"Tahun depan harus dipikirkan penambahan pemberian makan, khususnya selama di Makkah. Kalau tidak tiga kali tentu dua kali seperti di Madinah. Ini yang harus kita pikirkan ke depan," katanya.
Keberangkatan Ditunda, Dua Calon Haji Tunggu Putusan Hakim
Dua calon haji asal Pamekasan harus menunggu putusan pengadilan.
