Rayuan Maut Bung Karno untuk Penjual Pecel

Bung Karno
Sumber :
VIVA.co.id
Pejabat Hingga Artis Hadiri Ulang Tahun Guruh Soekarnoputra
- Ada tiga barang yang selalu menemani Presiden Sukarno selama lawatannya ke luar negeri, Alquran, keris pusaka, dan sambal pecel. Sambal harus dibawa setiap lawatan, karena Bung Karno tidak doyan makanan barat. Bukan sambal biasa, tapi harus didatangkan dari Blitar. 
 
Kisah Bung Karno Kelabui Jepang Lewat Pidato
Semasa hidup, setiap pulang ke Blitar, Bung Karno tidak pernah lupa makan pecel. Bahkan, ketika ia sudah menjadi presiden pun, kebiasaan itu tidak pernah hilang.
 
Ini Alasan Bung Karno Pilih Ali Sadikin
Rukiyem adalah penjual pecel kesukaan Bung Karno, selalu membungkus dengan daun jati. Untuk menjaga keasliannya, Bung karno memerintahkan untuk membawa seperti apa adanya. 
 
Dalam buku Total Bung Karno, Roso Daras menuliskan, tahun 1978, saat penulis Anjar Any bertandang ke Blitar, Rukiyem masih hidup, tetap dengan profesinya menjual nasi pecel di Jalan A Yani No 43 Blitar. Ia sendiri tinggal di Gebang I, Blitar.
 
Warung pecel Rukiyem sangat terkenal. Terkenal dengan nama Mbok Pin. Saking terkenalnya, sebagian besar warga Blitar tahu warung pecel Mbok Pin, langganan Bung Karno dulu.
 
Mbok Pin bercerita bagaimana ia meladeni kedoyanan Bung Karno makan pecel. Ia menceritakan, setiap Bung Karno ke Blitar, entah karena tugas atau pulang berlebaran, selalu memanggil Mbok Pin. Manakala undangan dari Bung Karno sampai kepadanya, ia segera bersiap dengah penuh semangat.
 
Dipilihnya kebaya terbaru, dipilihnya kain batik terbaik, dan disiapkannya bahan-bahan pecel kesukaan Bung Karno, termasuk pisang kapok bakar. Setelah siap, ia bergegas ke Jalan Sultan Agung, tempat keluarga Bung Karno berkumpul.

Pecel daun jati

Nasi pecel bungkus daun jati

Manakala tiba saatnya acara makan pecel, semua perhatian tertuju ke Mbok Pin. Tak lupa, Bung Karno akan menyapa akrab penjual pecel yang ketika itu masih muda. “Wah… penjualnya cantik, kebaya dan kainnya juga baru.”
 
Melayang rasanya demi mendapat sapaan akrab sekaligus pujian dari Bung Karno, presiden yang berlimpah cinta rakyatnya. Tak kuasa membalas sapaan akrab Bung Karno, Rukiyem muda hanya tersenyum-senyum malu, sambil tangannya sibuk menyiapkan sajian pecel dalam alas daun jati. Rukiyem juga sudah hafal betul, daun-daun apa saja kesukaan Bung Karno, dan seberapa banyak takaran sambalnya.
 
“Beliau itu kalau lagi pesen pecel, tidak sungkan-sungkan jongkok di depan saya, menunjuk ini-itu daun-daun mana yang ia kehendaki. Saya bahagia sekali bisa meladeni beliau dan keluarganya. Sepertinya, tidak ada kebahagiaan lain yang lebih menyenangkan dibandingkan menyajikan sepincuk pecel kepada Bung Karno,” tutur Mbok Pin.
 
Usai acara makan pecel, Bung Karno memberinya uang Rp700. Suatu jumlah yang sangat-sangat besar ketika itu, mengingat harga sepincuk pecel hanya beberapa rupiah saja. “Makanya, kalau mendapat panggilan Bung Karno rasanya seperti menang lotere,” ujar Mbok Pin.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya