Kampung Aneh, Tempat Pria-pria Beristri Dua

Jalan Wayo
Sumber :
VIVA.co.id
Istana Tegaskan Jokowi Tidak Ada Agenda Kunjungan Kerja ke Surabaya
- Di salah satu sudut jalan di Desa Kedungbanteng, Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur, terdapat sebuah nama yang memiliki nama cukup unik.

Strategi Perumnas Gandeng Telkomsel Sasar Pasar Hunian bagi Milenial dan Gen-Z

Dan, tentunya membuat siapa saja yang kebetulan membaca plang nama jalan itu bakal tersenyum ringan. Jalan unik itu bernama Jalan Wayo atau dalam dialek lokal dibaca Jalan Wayoh.
Ajang JDM Funday Mandalika 2024 Bukan Sekadar Balapan Mobil Jepang


Sebenarnya apa arti nama Jalan Wayo sehingga dapat membuat siapa saja tersenyum? Wayo jika diartikan ke dalam Bahasa Indonesia dapat berarti poligami alias memiliki istri lebih dari satu orang.
 
Pemberian nama jalan itu ternyata asal-asalan. Usut punya usut, ternyata nama jalan itu disesuaikan dengan perilaku dan kebiasan masyarakat yang tinggal di sepanjang jalan itu.


Ya, ternyata, sebagian besar penduduk berjenis kelamin di Jalan Wayo memiliki istri lebih dari satu.

 

Sholeh, ketua RT 1 RW 2, Desa Kedung Banteng, Tanggulangin, Sidoarjo, enggan berbicara banyak tentang Jalan Wayo. Dia bahkan dengan tegas menyatakan bahwa istilah Jalan Wayo tersebut sebatas omongan orang. Karena, nama asli jalan itu adalah Jalan KH Ahmad Dahlan.


"Tidak ada. Itu hanya mitos," katanya.


Namun, meski Sholeh enggan berbicara banyak tentang Jalan Wayo, faktanya justru warga sendiri yang mengganti dengan Jalan Wayo.  Nama Jalan Wayo berawal dari keputusan salah seorang warga untuk berpoligami.

 

"Itu terjadi pada era 1980-an. Ternyata langkah pria yang juga tokoh desa itu diikuti para warga lain. Perlahan tapi pasti, jumlah warga yang memiliki istri lebih dari satu pun semakin banyak," ujar Manto, warga setempat.


Selanjutnya... Plang Jalan Wayo dibakar pamong desa...



Plang Jalan Wayo dibakar pamong desa

Pernah ada seorang pamong desa yang keberatan. Istilah itu dianggap merugikan. Pandangan orang terhadap kampung itu akan terus negatif. Suatu ketika pamong itu mencopot plang nama Jalan Wayo yang terbuat dari kayu dan membakarnya.


Tetapi, warga menggantinya dengan seng agar lebih kuat. Maka nama Jalan Wayo tetap terpampang sampai sekarang.


Berdasarkan data yang diperoleh
VIVA.co.id
dari Kelurahan Kedung Banteng dari jumlah 60 kepala keluarga yang tinggal di Jalan Wayo, 55 kepala keluarga di antaranya adalah mereka yang hidup berpoligami.


Ironinya, sebagian besar pria-pria beristri dua di Jalan Wayo, menikahi wanita idamannya lebih dari satu dengan cara menikah siri atau menikah tak resmi sesuai peraturan yang telah dikeluarkan pemerintah.


Kepala desa setempat sudah berulangkali menyarankan para pasangan poligami di Jalan Wayo itu tidak hanya menikah siri. Tapi, meresmikan pernikahan mereka di Kantor Urusan Agama (KUA) setempat.

 

Sebab, hal itu berdampak ke permasalahan lain. Salah satunya terkait dengan administrasi kependudukan.


Misalnya, masalah kartu keluarga dan akta kelahiran. Ada perempuan yang tidak mencantumkan nama suami di KK karena yang bersangkutan ikut KK istri pertama.

 

Meski begitu, kehidupan rumah tangga masyarakat Kampung Wayo terlihat harmonis. Tak pernah ada cerita keributan antaristri.


Pasalnya para suami kampung ini sudah memberikan rumah dan dan tambak untuk istri-istrinya. Banyak alasan yang mendasari pria-pria di kampung tersebut memilih wayuh. Mulai pertimbangan ekonomi sampai niat memiliki keturunan. (one)


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya