- Media Center Haji (MCH) Kemenag RI
VIVA.co.id - Beragam kisah mewarnai perjalanan haji seseorang, terkait pengalaman mereka dalam upaya mencium batu hitam atau Hajar Aswad.
Bisa mencium Hajar Aswad merupakan cita-cita banyak jemaah haji dari seluruh dunia. Karena itu, tak mudah mendekati apalagi mencium batu tersebut.
Sudut Ka'bah tempat batu hitam selalu sesak oleh para jemaah, termasuk dari Indonesia. Ada saja cara-cara yang dilakukan jemaah, termasuk juga harus saling tarik dan saling sikut.
Jemaah haji Indonesia bernama Jumadi (51), memiliki kisah sendiri soal batu hitam ini. Jumadi berkisah soal usahanya mencium batu hitam yang dalam riwayatnya juga pernah dicium Nabi Muhammad tersebut." Soal hajar aswad, saya punya pengalaman sendiri," kata Jumadi kepada Media Center Haji (MCH) Kemenag RI, Minggu, 20 September 2015.
Jumadi yang tergabung dalam kloter 5 Embarkasi Jakarta – Bekasi sudah sejak Minggu, 23 Agustus 2015 berada di Madinah. Setelah menjalankan ibadah Arbain atau salat wajib berjamaah dalam empat puluh waktu berturut-turut di Masjid Nabawi, Jumadi beserta istri dan kloternya di berangkatkan ke Makkah untuk menjalani proses puncak haji.
Saat di Makkah, Jumadi memang memiliki niat untuk mencium Hajar Aswad. Kesempatan itu akhirnya datang, perlahan tapi pasti Jumadi mulai mendekati Ka'bah dan hanya berjarak sekitar 30 meter dengan posisi sejajar dengan sudut Hajar Aswad.
Keinginan kuat mendorong Jumadi untuk berupaya mendekati Hajar Aswad. Terombang-ambing dengan ribuan jemaah yang juga berupaya mendekati batu hitam, Jumadi tetap sabar dan terus melangkah meski hanya selangkah. "Saya merasa mudah. Tidak ada yang menyentuh dan menghalangi maksud saya untuk mencium Hajar Aswad,” kata Jumadi.
Jumadi menganggap upayanya untuk mendekati Hajar Aswad sangat mudah. Kesombongan mulai muncul padahal dia belum bisa mencium apalagi menyentuh batu hitam. "Dalam kemudahan itu, lalu muncul kesombongan. Beragam kisah keistimewaan dari Hajar Aswad sering saya dengar dari cerita-cerita yang berkembang di masyarakat," katanya menambahkan.
Merasa mendapat keistimewaan karena mudah berjalan mengarah Hajar Aswad. Jumadi juga mulai merasa bangga pada dirinya sendiri. Dia bahkan sudah punya angan-angan akan membagi kisahnya karena mudah mendekati Hajar Aswad. "Tapi 30 centimeter, saya malah tidak bisa menyentuh. Padahal awalnya lancar. Sifat sombong pada manusia itu memang ada. Tinggal sedikit lagi tapi tidak bisa menyentuh. Takdir saya memang cukup sampai di situ saja," katanya.
Jumadi sadar betapa beribadah haji semestinya dapat melebur berbagai kesombongan dan ego diri manusia. Sebagai ritual, tawaf, sai dan lainnya. Menurut Jumadi itu bisa dilakukan. Namun, pelaksanaan dari itu semua adalah yang terberat, saat kembali ke Tanah Air. "Yang berat itu sudah pulang nanti mempertahankannya," katanya.
Jumadi mengaku terus belajar untuk menggali nilai dan makna dalam setiap ritual ibadah yang dijalaninya. Jumadi berharap, dia bisa menjadi pribadi yang lebih bermanfaat bagi sesama. "Saat ini, saya tulus saja. Saya ikhlas saja. Menolong orang itu kan ibadah. Salat itu sudah menjadi ketetapan Allah. Di luar itu, ibadah yang kecil-kecil dengan membantu sesama juga perlu terus kita lakukan."
(mus)