- U-Report
VIVA.co.id - Sudah dua tahun silam, penemuan jejak badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) di Kalimantan membuka mata Indonesia sekaligus internasional terhadap keberadaan habitat satwa langka tersebut.
Sejak itu, perhatian serius terhadap perlindungannya semakin digencarkan di Kalimantan. Temuan itu menjadi harapan baru di saat semakin kritisnya populasi badak di dunia.
Tahun ini, sekaligus memperingati hari badak sedunia pada Selasa 22 September 2015. Dijawalkan akan digelar pertemuan untuk penyusunan strategi konservasi badak nasional untuk tahun 2007-2017.
[Baca Juga: ]
"Pertemuan nasional para pihak ini akan diselenggarakan di Balikpapan, Kalimantan dari Senin hingga Selasa (21-22 September 2015). Pertemuan ini untuk menggagas langkah konkret sebagai upaya konservasi populasi badak yang teridentifikasi di Kutai Barat," kata Yuyun Kurniawan, Forest Management Coordinator Sumatera–Borneo, WWF-Indonesia, dalam keterangan tertulisnya, Senin 21 September 2015.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Tachir Fatoni, menambahkan, saat ini Indonesia diketahui memiliki dua jenis badak tersisa dari lima jenis yang ada di dunia.
"Kedua jenis tersebut kini hanya tersisa di Indonesia. Ini merupakan kebanggaan, tantangan, dan tanggung jawab bagi kita semua," ujarnya.
[Baca Juga: ]
Hasil survei WWF Indonesia di lansekap Hulu Mahakam, habitat badak teridentifikasi berada di dalam kawasan hutan produksi, sehingga dikhawatirkan keberadaannya terancam oleh praktik penggunaan lahan yang tidak memperhatikan kaidah perlindungan terhadap habitat satwa liar.
”WWF percaya dengan peran aktif pemegang izin konsesi melalui penerapan kaidah konservasi dan prinsip berkelanjutan menjadi salah satu kunci untuk mewujudkan kelestarian lingkungan hidup dan konservasi badak pada khususnya,” ujar Arnold Sitompul, direktur Konservasi WWF Indonesia.
Pulang ke Indonesia, Badak Harapan Cari Jodoh
Ada tiga badak betina yang telah disiapkan di TN Way Kambas Lampung.
