Empat Jemaah Bekerabat Asal Banjar Dikabarkan Wafat di Mina

Tujuh Bersaudara asal Banjar Dikabarkan Wafat dalam Tragedi Mina
Sumber :
  • VIVA.co.id/Zahrul Darmawan
VIVA.co.id - Tujuh orang asal Kota Banjar, Jawa Barat, dikabarkan wafat dalam tragedi di Mina, Arab Saudi, pada 24 September 2015. Mereka tujuh orang yang berangkat haji melalui Kelompok Bimbingan Ibadah Haji Persatuan Islam (KBIH Persis) dan dalam kelompok terbang (kloter) 61 JKS.
Anggota DPR Ingatkan Pemerintah Soal Dana Haji

Ketujuh orang itu adalah Ati Royani (40 tahun), Atang Gumawang (40 tahun) dan istrinya, Ima Rismawati (28 tahun), Irvan Firdaus (38 tahun) dan istrinya, Siska Nur Anisa (35 tahun), M. Tasdik alias Dikdik dan istrinya, Ira Kusmira (36 tahun). Mereka adalah satu keluarga yang tergabung dalam Kloter 61 JKS.
Tawaf dan Rahasianya

Pemerintah Indonesia belum memastikan kabar ketujuh orang itu. Soimin, seorang yang bekerja pada M Tasdik alias Dikdik di Depok, Jawa Barat, mengaku menerima kabar dari KBIH Persis bahwa Dikdik dan istrinya serta Atang Gumawang dan istrinya meninggal dunia dalam musibah itu.
Calon Haji Ini Kesal Sambal Petisnya Disita

Soimin juga mengaku menghubungi Kedutaan Besar RI di Riyadh untuk mengonfirmasi kebenaran informasi itu. "Hubungi KBRI-nya ada datanya bahwa atas nama Dikdik dan Bu Ira meninggal. Pak Atang dan istrinya juga meninggal," katanya ditemui di rumah duka di Depok, Sabtu, 26 September 2015.

Berdasarkan keterangan yang didapat dari KBIH Persis dan KBRI, tiga anggota keluarga itu selamat namun masih dirawat di rumah sakit. Tidak dijelaskan luka atau cedera yang mereka alami.

"Mereka ini (para korban) bersaudara semua, asalnya dari Banjar, Jawa Barat. Cuma yang tinggal di Depok Pak Dikdik," kata Soimin, menceritakan. Dia mengaku sudah puluhan tahun bekerja pada Dikdik dan Ira.

Keyakinan Soimin bahwa kedua majikannya meninggal diperkuat laporan seorang rekan Dikdik di Mekkah. "Saya dapat kabar juga dari teman waktu di SMP-nya, yang mengenal jasad Bu Ira dan Pak Dikdik."

Dikdik dan Ira dikaruniai tiga anak, yakni Ghilman (kelas 5 SD), Haikal (kelas 1 SD), dan Faher (TK). Sekarang mereka berada di rumah kakeknya di Banjar.

Pemutakhiran informasi korban

Pemerintah baru mengumumkan tiga jemaah haji asal Indonesia yang terkonfirmasi wafat dalam musibah kecelakaan massal itu.

Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, menjelaskan betapa tidak mudah dan sederhana memastikan seorang meninggal dunia. Hal itulah yang menyebabkan pemutakhiran informasi tentang korban tewas terkesan lambat.

“Untuk menyatakan seseorang itu wafat, harus beradasarkan kesaksian yang bisa dipertanggungjawabkan. Tentu pertanggungjawaban secara medis bahwa seseorang itu memang betul-betul telah wafat,” kata Menteri Lukman di Mina Jadid, Arab Saudi, seperti dilansir dari laman resmi Kementerian Agama, Kemenag.go.id, pada Sabtu, 26 September 2015.

Menurut Menteri, informasi tentang jemaah wafat tidak cukup mengandalkan pengakuan keluarga atau pun orang lain, meski ada yang melihat langsung peristiwanya. “Selama tidak bisa dijelaskan indikasinya, maka itu sulit bagi kami untuk mengatakan bahwa yang bersangkutan wafat,” ujarnya.

Secara hukum, Menteri menambahkan, pernyataan seseorang tentang jemaah wafat harus bisa dipertanggungjawabkan, apalagi berkaitan dengan peristiwa luar biasa dan terjadi di luar negeri. Maka data jemaah wafat harus didasarkan pada hasil pemeriksaan petugas yang berwenang, yakni petugas kesehatan atau tim medis.

“Karena itu, Pemerintah harus menahan diri, menunggu sampai adanya pihak yang memiliki otoritas menyatakan bahwa seseorang wafat atau tidak,” katanya.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya