Hutan Kalimantan Berkurang, Orangutan 'Lupa' Bergelayut

Luasan hutan berkurang, ubah perilaku orangutan.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ D.A. Pitaloka
VIVA.co.id
Arema Tiba di Malang, Polisi Imbau Warga Tetap di Rumah
- Berkurangnya luasan hutan di Kalimantan berdampak pada perilaku satwa endemik orangutan. Banyak pengamatan langsung yang sering menemui orangutan berjalan di darat dibandingkan bergelayutan di pepohonan. Luasan hutan dan berkurangnya pohon membuat satwa langka itu mulai mengubah perilaku mereka untuk berdaptasi.

'Restorasi Gambut di Kawasan Budidaya Perlu Dikaji'

“Ada banyak artikel yang menyebutkan orangutan saat ini lebih banyak menghabiskan waktu di darat dibandingkan di atas pohon. Ada perubahan perilaku meskipun belum dibuktikan secara ilmiah,” kata Swasti Pramudya, Juru Bicara Profauna, lembaga peduli konservasi hutan dan satwa di Malang, Minggu, 27 September 2015.
Aplikasi Picture This, Cara Peduli Lingkungan Melalui Foto


Meskipun Profauna mengaku kesulitan mengukur luasan hutan saat ini, namun data tahun 2013 menyebut luas hutan di Kalimantan sekitar 26 juta hektare. Sejumlah upaya dilakukan untuk memetakan luasan hutan dan juga menyelamatkan orangutan. Di antaranya dengan memanfaatkan partisipasi masyarakat lewat urun daya atau
crowdsourcing.


“Bentuknya dengan menggunakan aplikasi tagging di
smartphone,
siapapun bisa ikut menandai hutan yang gundul di tempat mereka berada melalui aplikasi secara
realtime
. Kami masih berencana untuk membuat aplikasi sekaligus menjaring relawan berbasis masyarakat setempat,” ucapnya.

 

Namun sebelum aplikasi itu lahir, aktivis bersama masyarakat berlatih untuk melakukan evakuasi Orangutan penghuni hutan yang rusak. Orangutan akan dilumpuhkan menggunakan sumpit dan dipindah ke BOS, Borneo Orangutan Survival, tempat penangkaran orangutan untuk kemudian dilepasliarkan di sekitar hutan Wehea, Kabupaten Kutai Timur.


“Masyarakat seperti di Sampit sangat terlatih melumpuhkan orangutan menggunakan sumpit,” ujarnya.


Hutan Wehea merupakan hutan adat yang kini ikut dikuasi oleh enam desa setempat. Mereka berkomitmen untuk menjaga hutan seluas 300 hektare itu tetap lestari meskipun di dalamnya juga terdapat hutan yang dimiliki oleh perusahaan sawit. Saat ini setidaknya terdapat lebih dari 60 persen mamalia Kalimantan yang bernaung di dalamnya.


"Hutan Wehea adalah salah satu hutan binaan kami dengan warga setempat. Sekarang tantangannya adalah membuat lahan perusahaan sawit di dalam hutan bisa terus mengecil dan akhirnya pergi,” ujar Swasti berharap.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya