Menag: Saudi Rilis 1.000 Foto Korban, Petugas Harus Teliti

Tragedi Mina
Sumber :
  • REUTERS/Saudi Red Crescent/Handout via Reuters
VIVA.co.id - Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, meninjau lagi proses kerja tim Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) dalam mengidentifikasi jenazah korban tragedi Mina. Menteri melihat langsung tempat pemulasaran jenazah korban peristiwa Mina di Majma’ ath-Thawary bil Mu’aishim.
Anggota DPR Ingatkan Pemerintah Soal Dana Haji

Menteri mewanti-wanti para petugas agar teliti memeriksa seluruh identitas jemaah haji yang dikabarkan maupun dikonfirmasi wafat dalam peristiwa kecelakaan massal saat ibadah melempar jamrah itu. Soalnya pemerintah Saudi merilis 1.000 foto jenazah korban dari jemaah haji seluruh negara. Maka, proses pengenalan jenazah jemaah haji Indonesia harus memeriksa foto-foto itu satu per satu dan tak boleh ada yang terlewat.
Tawaf dan Rahasianya

“Yang penting, poin saya adalah ketelitian kita. Setiap kali mereka mengeluarkan foto begini, selalu ada petugas kita yang melihat secara rinci foto per foto sehingga tidak ada yang mis (keliru),” kata Menteri  sebagaimana dikutip dari Media Center Haji, Kementerian Agama,  pada Senin, 28 September 2015.
Calon Haji Ini Kesal Sambal Petisnya Disita

Semenjak kali pertama memberikan akses kepada petugas haji setiap negara, pemerintah Arab Saudi telah merilis lebih dari 1.000 foto jenazah. Pada Jumat malam, (25 September 2015), dirilis 500 foto. Pada Sabtu malam (26 September 2015) dirilis kembali 350 foto. Pada malam berikutnya, ketika Menteri berkunjung, dirilis lebih 300 foto.

Foto-foto itu ditempel pada dinding-dinding dua buah ruangan besar seluas 60 meter persegi. Satu ruangan untuk menempel foto-foto sebelumnya, sedang satu ruangan lagi untuk menempel foto-foto rilis terbaru.

Menteri mengingatkan agar jangan sampai ada foto yang terlewati sehingga tidak sampai terperiksa. “Kita harus yakin bahwa semua foto yang dirilis itu sudah kita lihat semua. Sebab, kalau tidak kita lihat, kita tidak bisa cek ke tempat mayat,” ujarnya.

Ketelitian dalam verifikasi, menurut Menteri, sangat penting. Seluruh proses verifikasi itu juga akan semakin menunjukan profesionalitas tim PPIH dalam bekerja. “Semakin banyak cara memverifikasinya itu menunjukan keseriusan dan tingkat kecermatan dan ketelitian,” ujarnya.

Mekanisme identifikasi

Sebelumnya, seorang petugas PPIH, Fadil, menjelaskan kepada Menteri tentang mekanisme identifikasi yang dilakukan pemeritah Saudi. Mula-mula, jenazah korban disimpan dalam beberapa kontainer berpendingin udara. Ketika pemeriksaan akan dimulai, kontainer dimasukan satu per satu ke ruangan identifikasi.

“Sistemnya kontainer masuk, jenazah turun, identifikasi ada barang apa, lalu masukan ke file, setelah itu kontainer keluar dan masuk lagi kontainer selanjutnya. Sekarang masih ada empat kontainer,” ujar Fadil.

Menurutnya, dalam proses identifikasi, setelah jenazah diturunkan, akan difoto untuk dirilis dan diberi nomor jenazah. Dokumen atau benda apa pun yang melekat pada jenazah akan diambil untuk kemudian dimasukkan dalam satu file (amplop) tersendiri yang juga diberi nomor jenazah.

Petugas haji mengawali identifikasi jenazah dari foto-foto yang dirilis pemerintah Saudi. Jika ada kemiripan, dilakukan proses cek lanjutan dengan mencocokkan file yang tersimpan di gedung yang berbeda.

“Kalau dari segi fisiknya terlihat di foto ada kemiripan dengan Indonesia, kita cek ke file-nya. Meski pernah sekali, setelah dicek ternyata bukan orang Indonesia,” ujarnya.

Proses identifikasi itu memang membutuhkan waktu. Soalnya ada kalanya foto sudah dirilis namun ketika akan dikroscek ke file, ternyata file dengan nomor rilis foto yang ada belum keluar sehingga harus menunggu sampai file itu keluar.

Secara umum, identitas jemaah ditemukan dengan petunjuk gelang. Namun, Fadil juga berbagi kisah keberhasilannya mengidentifikasi jenazah jemaah haji yang ternyata hanya meninggalkan telepon seluler (ponsel). Awalnya dia mengidentifikasi satu foto jenazah sebagai orang Indonesia. Setelah itu, dia memeriksa ke file jenazah sesuai nomornya. 

“Setelah dicek ke file, ternyata tidak meninggalkan apa-apa, hanya sebuah handphone (ponsel). Kita ambil simcard-nya, kita cek ke siapa dia menelepon terakhir dan SMS. Dari situ diketahui ternyata dia adalah WNI overstayer (tinggal melebihi batas waktu yang diizinkan) asal Malang (Jawa Timur) yang sudah 15 tahun di sini dan akhirnya kita dapat,” ujarnya.

Improvisasi

Menteri mengapresiasi improvisasi petugas dalam proses pengenalan jenazah yang tak melulu berdasarkan prosedur tetap (protap) . Artinya, protap wajib dijalankan namun diizinkan menggunakan metode lain jika standar utama tak terpenuhi.

Menteri meminta semua kegiatan penelusuran dan identifikasi jenazah itu didokumentasikan dengan baik. “Ini menarik. Jadi berbagai variasi cara verifikasi itu dijelaskan,” katanya.

“Mekanisme cara kita memverifikasi juga harus didokumentasikan untuk bahan laporan. Begini proses verifikasi yang kita lakukan. Anda tadi menceritakan kronologis. Ini foto-fotonya, cara kita mengidentifikasi, mengenali, nanti di jenazah difoto-foto juga cara kita mengidentifikasi,” dia menambahkan.

Selain ke ruang rilis foto, Menag juga melihat ruang penyimpanan file dan dokumen jenazah, melihat langsung kamar penyimpanan jenazah. Pantauan tim Media Center Haji, tampak beberapa jenazah yang dijejer rapi dalam sebuah ruangan berpendingin.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya