Suparno Ikhlas Lihat Foto Istrinya di Daftar Jemaah Wafat

Suparno Ikhlas Lihat Foto Istrinya di Daftar Jemaah Wafat
Sumber :
  • Kemenag.go.id
VIVA.co.id - Satu dari puluhan jemaah haji Indonesia yang wafat dalam musibah di Mina, Arab Saudi, ialah istri Dahlia Sulaiman Hamdan (46 tahun). Dia jemaah haji asal Pontianak, Kalimantan Barat, yang tergabung dalam kelompok terbang 14 Embarkasi Batam (BTH 14).
Satu Jam di Masjid Nabawi

Dahlia Sulaiman Hamdan pergi haji bersama suaminya, Suparno Mangunprawiro (59 tahun). Mereka bersama menunaikan ibadah melempar jamrah pada Kamis pagi waktu Arab Saudi, 24 September 2015.
Hari Ini 15 Kloter Jemaah Berangkat ke Tanah Suci

Lalu mereka terjebak dalam desak-desakan para jemaah haji yang menunaikan satu dari delapan rukun haji itu. Mereka jatuh dan terinjak-injak jemaah lain.
Calon Haji Ini Kesal Sambal Petisnya Disita

Suparno pingsan dan siuman setelah dirawat di rumah sakit. Dia tak dapat mengingat berapa lama pingsan. Pikirannya langsung tertuju pada istrinya yang ketika itu belum diketahui nasibnya. Tapi Suparno berusaha menenangkan diri bahwa istrinya bakal baik-baik saja.

"Pikiran saya waktu itu, karena saya saja yang pingsan duluan, terinjak-injak saja bisa pulang dengan cepat, berarti istri saya tidak apa-apa," kata Suparno di Mekkah pada Selasa, 29 September 2015, sebagaimana dikutip dari laman resmi Kementerian Agama, Kemenag.go.id.

Suparno lalu diantar ambulan rumah sakit menuju tendanya di Mina Jadid. Sesampainya di maktab, dia bergegas mencari istrinya, tapi tidak ada. "Dari situ saya mulai gelisah."

"Tidak tahu apakah karena sakit diinjak-injak atau karena psikis (terganggu), saya tidak bisa masuk makanan. Minum saja muntah, nasi satu sendok muntah, dan yang bisa masuk hanya air panas,” dia menambahkan.

Dia kemudian mencari tahu keberadaan istrinya di Muaishim, tempat pemulasaraan jenazah korban tragedi Mina. Di situ dipampang seluruh foto jemaah yang dikonfirmasi wafat. Suparno melihat satu foto wajah istrinya.

Suparno meyakini dengan pasti foto itu adalah potret istrinya. Dia mengenalinya setelah melihat kerudung dengan renda khusus. Dia pun masih menyimpan foto istrinya berkerudung itu sebelum berangkat ke Mina.

"Tidak ada yang pakai kerudung itu. Hanya kerudungnya yang paling membuat yakin karena tidak ada yang memakai kerudungnya,” ujar Suparno.

Suparno mengaku ikhlas seketika setelah memastikan istrinya telah tiada meski kala itu belum ada pengumuman resmi.

“Saya pertama justru gelisahnya waktu belum tahu. Bagaimana tidak gelisah, keluarga anak-anak menanyakan, sementara saya tidak tahu. Keberadaannya juga saya tidak tahu,” Suparno mengenang.

Dia berterus terang sempat tak bisa menerima kenyataan itu. Dia merasa hidupnya tak lagi berarti tanpa istrinya. Bahkan, pikirannya memberontak dan tak menerima mengapa harus istrinya yang wafat.

"Kenapa tidak saya saja yang sudah jelas-jelas duluan (lebih tua). Sampai segitulah pikiran jelek saya waktu itu," dia mengenang lagi.

Pengumuman dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi memberi kepastian tentang keberadaan istrinya. "Saya sudah ikhlas, karena sudah jelas bahwa Allah sudah memanggilnya," katanya, berlinang air mata.

Baginya, Almarhumah adalah sosok yang mudah senyum dan justru selalu menjaga diri. Terngiang dalam benaknya saat tawaf di Kakbah, istrinya justru yang selalu merasa takut Suparno terbawa arus ke tengah.

"Dia malah yang menjaga saya. Harusnya saya (yang menjaga istri)," katanya.

Suparno sudah memberitahukan hal itu kepada anak dan keluarganya. Dia memiliki enam anak: dua laki-laki dan empat perempuan. Dia memilih anak yang bermukim di Bandung yang dinilainya sanggup menerima kabar duka ibu mereka.

Dia hanya berpesan: "Ibunda (mati) syahid. Jadi mohon diikhlaskan." (ase)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya