Asap, Kantor Wali Kota Pekanbaru Jadi Tempat Evakuasi Bayi

Kantor Wali Kota Pekanbaru Jadi Tempat Evakuasi Bayi
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ali Azumar
VIVA.co.id - Kualitas udara di Riau kian berbahaya. Kabut asap kiriman dari Sumatera Selatan, Jambi, dan provinsi tetangga terus menyelimuti Riau. Pemerintah setempat sudah melakukan perpanjangan status darurat pencemaran udara akibat kabut asap hingga dua pekan mendatanga.
Mengapa Praktik Bakar Hutan Berulang Lagi?

Tak ingin nyawa warganya terancam, Wali Kota Pekanbaru Firdaus MT, mengevakuasi bayi dan keluarga yang menjadi korban kabut asap ke kantornya. Hingga dibuka sejak kemarin hingga kini, sudah ada empat bayi beserta keluarga yang mengungsi di aula rapat lantai tiga kantor Wali Kota Pekanbaru. 
Satelit Lapan Deteksi 232 Hotspot Jelang Puncak Kemarau

Wali Kota Firdaus mengaku memang sengaja menjadikan aula rapatnya untuk menampung warga yang terkena kabut asap, terutama bagi bayi-bayi.
Jelang Puncak Kemarau,Titik Api di Sumatera Meningkat

"Di aula yang dijadikan tempat evakuasi ini bisa menampung seratus kepala keluarga. Kita juga menyediakan box bayi serta pendingin ruangan. Kita ingin mereka terhindar dari kabut asap yang menyebabkan warga terkena ISPA (infeksi saluran pernapasan atas) dan penyakit lainnya," ujar Firdaus.

Untuk menjaga ruang itu steril dari kabut asap, Wali Kota juga sudah memasang penyaring udara. Tempat itu dikhususkan bagi keluarga yang tidak mampu.

Mardi dan Supriyani dari keluarga tidak mampu yang tinggal di rumah petak kayu jalan Kurnia, Rumbai, Rabu, 30 September 2015 pagi, dijemput petugas Pemerintah Kota Pekanbaru untuk dievakuasi.
 
Mardi, yang sehari-hari bekerja sebagai kuli bangunan, memiliki bayi bernama Gibran, usia empat bulan. Bayi itu mengalami sesak napas dan batuk seminggu terakhir akibat menghirup kabut asap yang berbahaya.

Kondisi yang sama juga dialami Aulia, kakak Gibran, yang berusia dua tahun. "Kami senang Pemkot (Pemerintah Kota) Pekanbaru mau mengevakuasi keluarga kami ke posko ini. Tempatnya nyaman," ujarnya.

Ia berharap kabut asap kiriman dari Sumatera Selatan dan Jambi serta provinsi tetangga ini segera berakhir.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau, Edwar Sanger, menjelaskan sejak beberapa hari belakangan titik api di Riau sudah nihil. Kabut asap yang menyelimuti Bumi Melayu itu adalah asap kiriman dari provinsi tetangga.

"Informasi dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) hari ini Riau nihil titik api. Di Sumatera sendiri terdapat 201 hotspot (titik api). Di Sumatera Selatan paling banyak, 177 titik, Bangka Belitung 14 titik, Lampung sembilan titik, dan Bengkulu satu titik," ujarnya. 

Kualitasi udara masih level berbahaya. Sedangkan jarak pandang di Pekanbaru hanya seratus meter. Kondisi lebih parah terjadi di Indragiri Hulu, jarak pandang hanya 50 meter. Di Kabupaten Pelalawan juga sama, jarak pandang tak lebih 50 meter. 
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya