Pembunuhan Petani Lumajang, Anak-anak TK Masih Trauma

Kejiwaan Siswa TK Terganggu efek Pembunuhan Petani Lumajang
Sumber :
  • VIVA.co.id/D.A. Pitaloka
VIVA.co.id - Salim alias Kancil, petani dan aktivis penolak tambang pasir ilegal di Desa Selok Awar-Awar tewas setelah dianiaya di Balai Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Sabtu, 26 September 2015.
Kisah Tangisan Anak TK Iringi Penyiksaan Salim Kancil

Penganiayaan itu membuat siswa TK Dharma Wanita di belakang Balai Desa trauma karena melihat dan mendengar suara jerit kesakitan Salim alias Kancil. Kejiwaan mereka terganggu setelah menyaksikan langsung pembunuhan itu.
Kades Pembunuh Salim Kancil Rutin Suap Muspika

Khosidah, guru kelas TK B Dharma Wanita, menuturkan kejadian tragis pada Sabtu pagi itu. Sekira pukul 07.00 WIB, sejumlah siswa kelas TK B mulai berdatangan di sekitar kelas. Ruangannya tepat di samping kanan Balai Desa. Khosidah berada di ruang guru, letaknya di belakang Balai Desa.
Tosan Rekan Salim Kancil Kebal Ditebas Aneka Senjata Tajam

“Sekitar pukul 07.45 saya dengar ada suara gaduh di depan, saya lari dan melihat sekilas ada penyiksaan itu. Saya langsung teringat anak-anak dan khawatir jika kejadian yang sama menimpa mereka,” katanya, Rabu, 30 September 2015.

Benar saja, sebanyak sepuluh anak segera berhamburan menghampirinya dalam keadaan takut, menangis dan menjerit. Puluhan orang memenuhi Balai Desa. Mereka melihat Salim terikat di pusat ruangan sedang dipukul, ditendang, dan dialiri listrik. Khosidah segera meminta semua siswa mengambil tas dan pulang ke rumah masing-masing.

Meski tak semua siswa melihat kejadian itu, pada Senin, 28 September 2015, hanya ada tiga siswa yang masuk. Lalu esoknya tak ada satu pun siswa yang masuk. Hari ini sekira 70 persen dari siswa kelas A dan B yang masuk kelas. Saat kejadian, siswa sedang bermain di halaman kelas sambil menunggu jam masuk.

“Ada sesi bimbingan. Ada dua siswa kelas B yang masih trauma parah dibanding temannya yang lain. Mereka menangis dan memeluk saya ketika melihat ada petugas berseragam Babinsa masuk kelas. Mungkin itu sebagian dampak Sabtu sebelumnya,” katanya.

Dia berharap siswanya segera bisa mengatasi trauma itu meski sulit dihapus dari ingatan. Khosidah mengaku masih sering teringat kejadian itu. Dia berterus terang masih takut jika teringatnya. “Jangka pendeknya kami ingin menghibur anak-anak, memberi motivasi agar mau sekolah lagi, karena banyak yang tak mau sekolah karena takut,” katanya.

Kemarin, para guru TK sengaja mengunjungi rumah wali murid untuk menyemangati anak agar kembali sekolah. “Harus terus dimotivasi agar mau sekolah. Alhamdulilah, hari ini ada 70 persen siswa yang mau masuk," lanjut Kepala Sekolah, Adminah.

Sejumlah wali murid membenarkan bahwa anak-anak mereka masih trauma. Mereka sering mengigau ketika tidur dan malas jika diajak sekolah. “Anak saya masih sering mengigau kalau malam. Tadi dia juga takut diajak sekolah," kata seorang wali murid sambil menggendong anaknya pulang sekolah.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya