Bung Karno Inspirasi Salim Kancil Lawan Tambang Ilegal

Aksi solidaritas terhadap Salim Kancil
Sumber :
  • D.A.Pitaloka/Malang

VIVA.co.id - Salim Kancil tewas mengenaskan. Ia dibantai sekelompok orang lantaran berjuang menolak penambangan pasir ilegal di kampungnya, Desa Selok Awar-Awar, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Peristiwa itu terjadi Sabtu, 26 September 2015.

Salim yang juga petani, punya alasan menolak pertambangan pasir yang sudah berjalan beberapa tahun itu; merusak lingkungan dan lahan sawah milik warga.

Tijah mengisahkan, suaminya itu mulai menanam padi sejak 1980-an. Bersama 40 orang warga sekitar. Kala itu, lahan yang mau ditanam bukan lahan pertanian pada umumnya. Melainkan rawa-rawa yang dalamnya hingga mencapai dada orang dewasa.

Dengan telaten, Salim bersama warga lainnya menyeret pasir pantai Watu Pecak untuk menguruk rawa agar menjadi lahan sawah. Sampai akhirnya ada 10 hektare lahan di pesisir Watu Pecak berubah menjadi sawah, yang menghidupi kebutuhan hidup sedikitnya 40 kepala keluarga. Salim sendiri mampu mengolah 10 petak sawah dengan luas sekitar dua hektare.

Namun, seiring waktu, kondisi berubah. Penambangan pasir di pesisir muncul. Lambat laun berkembang. Pasir yang menjadi pembatas antara laut dengan sawah, semakin terkikis. Salim dan warga mulai khawatir. Lahan sawah yang menghidupi warga sekitar mulai rusak.

Tanaman padi semakin sering tergenang air laut saat musim hujan. Ketika kemarau, air tawar sulit didapat. Alhasil, padi yang ditanam warga gagal panen. Sudah bisa ditebak selanjutnya, ekonomi warga sulit.

Sejumlah upaya sempat dilakukan Salim untuk memperjuangkan nasib dan puluhan kepala keluarga lainnya. Mereka berupaya meminta ganti rugi atas rusaknya sawah, meskipun upaya itu selalu kandas dan tak berbuah manis.

"Pak Salim bertanya ke Kades, 'ke mana hasil parkir, portal dan tambang, apa warga tidak dapat ganti rugi? Tapi oleh Kades diminta bertanya ke kepala pengamanan desa. Lalu, oleh pengamanan desa dikembalikan lagi ke Kades. Pak Salim merasa seperti jadi pengemis. Jadi kemudian, Pak Salim berupaya kerja lain daripada harus mengemis," kata Tijah.

Sejumlah upaya dilakukan Salim untuk menghidupi tiga anaknya. Salim mencoba peruntungan dengan menjaring ikan. Hasil yang didapat dijajakan oleh istrinya dengan berkeliling desa.

Tapi, pertambangan makin lama semakin meresahkan penduduk. Truk pasir yang lalu lalang di Desa Selok Awar-Awar mencapai 300 unit tiap harinya. Salim tergerak hatinya. Sedih melihat desanya rusak akibat pertambangan ilegal itu.

Kemudian, Salim dan sejumlah warga yang cemas, menginisiasi lahirnya Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Pesisir Desa Selok Awar-Awar. Perjuangan dimulai. Sudah pasti tidak mudah. Banyak perjuangan Salim dan kawan-kawan berujung tragis. Tapi Salim tetap semangat.

Kisah Tangisan Anak TK Iringi Penyiksaan Salim Kancil

"Pernah suatu hari Bapak lihat berita tentang Bung Karno. Dia bilang, 'ya seperti itu nasib pejuang. Saya juga akan terus berjuang Bu'," ucap Salim kala itu kepada sang Istri.

Saat itu Tijah membalas ucapan suaminya dengan gurauan, "Gimana bisa jadi pejuang, nulis dan baca saja tidak bisa, juga tidak pernah sekolah."

Selama mengarungi bahtera rumah tangga, Tijah mengenal suaminya sebagai sosok suami yang hebat. Bertanggung jawab pada keluarga.

Soal kata 'Kancil' di belakang nama Salim, kata Tijah, sudah disandang suaminya sejak muda. Ada arti kata Kancil di nama Salim, "Karena ketekunan dan keuletannya dalam perjuangkan sesuatu," kata Tijah.

Penentang pertambangan ilegal di Desa Awar-Awar yang tak bisa baca tulis itu kini sudah tiada. Dibunuh secara keji oleh puluhan orang suruhan penguasa pertambangan. Meski sudah berada di alam lain, Tijah selalu terbayang sosok Salim yang cinta keluarga. Tijah berjanji akan meneruskan perjuangan sang suami untuk menentang pertambangan ilegal di tanah kelahirannya. Tijah tak gentar, meski suaminya telah menjadi korban kebrutalan penguasa.

"Ya tetap berjuang. Tambang harus ditutup dan pembunuhnya harus dihukum mati," ujar Tijah menegaskan.

Kades Pembunuh Salim Kancil Rutin Suap Muspika

(mus)

Wakil Wali Kota Palu, Sigit Purnomo Said alias Pasha (kiri).

Pasha 'Ungu' Mau Tutup Tambang Ilegal Emas di Palu

Dia menemukan sejumlah perusahaan asing ikut menambang secara ilegal.

img_title
VIVA.co.id
11 Maret 2016