- VIVA.co.id / Dody Handoko
VIVA.co.id - Harta karun peninggalan mantan presiden Soekarno selama ini masih misteri. Tak sedikit yang meragukannya. Bung Karno tidak hanya mewariskan Republik tercinta yang kita tinggali ini, tetapi juga mewariskan seluruh perjalanan hidupnya sebagai pelajaran yang abadi bagi seluruh anak bangsa.
Seperti apa sebenarnya bentuk harta karun Bung Karno?
Dalam buku Harta Karun Bung Karno karya Yanu Endar Prasetyo dikupas tentang isu harta karun yang menghebohkan itu. Dalam buku itu diceritakan, seorang pemburu harta karun Bung Karno mengatakan, peninggalan proklamator itu bukanlah warisan, karena warisan itu berarti harta yang sudah ditujukan pada orang-orang tertentu (khusus) sehingga selain ahli waris tidak berhak mengambilnya.
Menurutnya, lebih tepat digunakan istilah “aset”, sebab harta peninggalan Bung Karno itu sebenarnya milik seluruh rakyat Indonesia. Hanya saja, untuk mencairkannya dibutuhkan orang-orang tertentu yang dapat dipercaya dan memiliki kriteria tertentu sebagai “pemegang aset”.
Mereka adalah para “orang tua” yang diyakini mendapatkan mandat langsung dari “Paduka”, istilah untuk menyebut Bung Karno.
Di buku ini diberikan gambaran nyata banyak orang yang percaya, untuk menelusuri dan menemukan aset-aset dan harta karun yang konon adalah peninggalan Bung Karno untuk bangsa Indonesia. Harta Karun itu dalam artian fisik misal emas atau surat-surat berharga.
Namun Bung Karno menyimpan harta karun lain yang lebih luar biasa, tak habis dimakan zaman. Harta karun sejati dari Bung Karno adalah warisan karakter, gagasan dan semangat Putra sang Fajar itu sendiri. Tiga hal itu juga disebut sebagai “harta karun”.
Sebab, selama ini ia hampir terkubur dalam-dalam dan nyaris hilang ditelan gelombang perubahan zaman.
Semangat Bung Karno adalah semangat humanisme, cinta tanah air, dan anti penjajahan. Gagasan Bung Karno adalah gagasan sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, marhaenisme, antikapitalisme dan persatuan nasional. Karakter Bung Karno adalah mencintai seni dan budaya bangsa sendiri, berdikari, dan pantang didikte.
Dalam penggalian harta karun sejati tanpa upaya memperkuat “pengkultusan” pada sosok Bung Karno yang memang sudah mengakar pada beberapa kelompok masyarakat.
Kini yang diperlukan adalah berdialog kembali, merefleksi dan merenungi makna kekinian dari gagasan Bung Karno dimasa lalu sebagai harta karun yang sangat berharga. Bung Karno juga manusia. Selalu ada koreksi untuk hasil pemikiran manusia.