Kisah Bung Karno Menangis Tersedu di Makam Nabi Muhammad

Presiden Soekarno
Sumber :
  • Dok. Istimewa
VIVA.co.id
Peran Penting Kerajaan Kotawaringin Bagi Kemerdekaan RI
- Bung Karno dikenal lantang  dan keras ketika bicara tentang  penjajahan dan penindasan. Namun Bung Karno mempunyai perasaan halus.  Hatinya gampang tersentuh jika melihat peristiwa yang memilukan.  Ia juga seorang penyayang binatang.

Curahan Hati Bung Karno yang Jadi Sasaran Pembunuh
 
Menguak Ambisi Bung Karno Bangun Gedung Sarinah
Dalam buku Total Bung Karno karya Roso Daras diceritakan, di sekitar Kandangan, Jawa Timur, tempat Bung Karno diungsikan ketika Yogyakarta diserang Belanda, 21 Juli 1947, masih banyak kijang liar.
 
Suatu hari, seorang pengawal berhasil menembak mati seekor kijang. Lalu dagingnya dimasak dan dibagi-bagikan kepada semua teman pengawal. Daging terbaiknya disisakan untuk dibuat dendeng. Setelah siap, dendeng itu diserahkan kepada koki yang memasak makanan untuk Bung Karno.
 

Bung Karno tahu, dendeng itu hasil berburu. Akibatnya, para pengawal, dikumpulkan oleh Bung Karno. Lalu, ia berkata, "Kamu orang ini betul-betul tidak mempunyai rasa kasihan kepada sesama hidup. Apa salahnya kijang itu kamu tembak? Bagaimana kalau kijang yang kamu tembak itu masih mempunyai anak kecil yang masih memerlukan pertolongan induknya? Apakah kamu orang di sini kekurangan makan?" kata Bung Karno.


Semua pengawal diam dan mulai saat itu tidak ada lagi anggota pengawal yang berburu.


Selanjutnya... Lepaskan burung di sangkar Istana...




Lepaskan burung di sangkar Istana


Suatu ketika Bung Karno sedang menonton film di istana, ada adegan kijang kesakitan, ditembak seorang pemburu sementara kijang itu masih mempunyai anak yang harus disusui. Beberapa penonton, baik pelayan maupun pengawal, ketawa cekikikan, karena menurut pemandangan mereka adegan tersebut sangat lucu.

 

Bung Karno langsung berteriak, "Diam! Kamu orang itu tidak tahu rasa kasihan,". Penonton langsung
cep klakep
, tidak ada yang berani berkutik.

 

Bung Karno juga tidak senang melihat burung dalam sangkar. Pada suatu hari, BK mengadakan inspeksi mendadak ke asrama DKP, yang letaknya berjejer dengan Istana Merdeka. Bung Karno segera memanggil pemilik burung serta memerintahkan melepaskannya.

 

Kata Bung Karno, "Kasihan burung itu, biarkan dia mencari makan di alam bebas. Kamu orang belum pernah mengalami bagaimana susahnya orang ditahan, dipenjarakan tanpa ada kesalahan. Maka, jangan ada pengawal saya memenjarakan burung dalam sangkar, sekalipun sangkarnya dari emas," katanya.


Selanjutnya... Menangis di makam Nabi Muhammad...




Menangis di makam Nabi Muhammad


Bung Karno  sering berziarah,
nyekar
ke makam ayahnya di Pemakaman Karet, Jakarta. Kadang-kadang di malam hari, tetapi sering pada siang hari, dan melihat gelandangan mengemis.

 

Suatu hari di istana, sekembalinya dari
nyekar
, Bung Karno memanggil Mangil dan berkata, "Coba, Mangil, engkau tanya sama orang sedang menggendong anak kecil sambil menyusui itu, sebetulnya mereka itu punya rumah apa tidak, baik di Jakarta maupun di daerah," katanya.

 

"Dan kalau memang tidak punya rumah, apakah mereka itu sanggup dipindahkan ke tempat lain. Agar kalau Bapak jalan lewat di tempat itu, orang perempuan yang menggendong anak kecil sudah tidak ada di sana. Saya merasa kasihan sekali kepada perempuan yang menggendong anak kecil itu. Entah bagaimana caranya, ini Bapak ada uang sedikit, kasihkan kepada mereka."

 

Tanggal 18 Juli 1955, Bung Karno menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Mekkah. Ia bersama beberapa rombongan sempat mengheningkan cipta, dan berdoa di samping makam Nabi Muhammad di Madinah. Saat itu Bung Karno menangis tersedu-sedu seperti anak kecil.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya