Kehidupan Presiden Sukarno yang Jarang Diketahui Publik

Bung Karno
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Dody Handoko

VIVA.co.id - Sebagai seorang Presiden, Sukarno dihormati di seluruh dunia. Negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet segan kepada Presiden pertama Republik Indonesia ini.

Peran Penting Kerajaan Kotawaringin Bagi Kemerdekaan RI

Di balik nama besarnya, Bung Karno tidak merasa hebat dan sombong. Ia seperti masyarakat kebanyakan yang humanis dan kadang juga lucu. Hal ini tercermin dalam kehidupan sehari-harinya yang dimuat di buku "Total Bung Karno" karya Roso Daras.

Bung Karno mempunyai kebiasaan 'aneh'. Ia selalu memukul­-mukul kap atas pintu mobilnya yang akan dinaiki. Bukan kenapa-kenapa. Sebab, kepala Bung Karno pernah terbentur pinggiran atas pintu mobilnya.

Mulai saat itu pula pengawal selalu diminta untuk mengingatkan dengan kata-kata, "Awas pintu, Pak." Mendengar kata-kata itu, Bung Karno selalu menjawab, "Yooooo," sambil memukul kap atas pintu mobilnya terus masuk dan duduk di dalam mobil.

Curahan Hati Bung Karno yang Jadi Sasaran Pembunuh

Insiden kecil juga pernah terjadi ketika Bung Karno menjemput tamu agung dari luar negeri di lapangan terbang Kemayoran Jakarta, dengan mobil sedan terbuka. Waktu pintu mobil ditutup dengan keras oleh Sugandhi, jari tangan Bung Karno terjepit pintu mobil hingga luka berdarah.

Tentu saja sakit sekali. Akan tetapi, untuk menjaga agar jangan sampai tamunya ikut gelisah, Bung Karno tetap tertawa dan melambaikan tangannya kepada rakyat yang ikut menjemput tamu itu.

Pernah juga Bung Karno terseret pintu mobil di serambi Istana Merdeka. Mobil baru berhenti setelah polisi pengawal Bung Karno berteriak keras,

"Stop, stop!", gara-gara mobil buru-buru dimajukan sopirnya. Sejak kejadian itu, sopir Bung Karno selalu harus turun dari mobil ketika Bung Karno akan turun dari mobil, dan baru naik ke mobil setelah Bung Karno sudah naik.

Di mejanya selalu terdapat tumpukan koran atau buku bacaan kalau sedang duduk sendirian. Pagi-pagi surat-surat kabar itu harus sudah ada di mejanya.

Kisah Pelukis Arwah Si Manis Jembatan Ancol

Para anggota DKP (Detasemen Kawal Pribadi) memeriksa, jumlah surat kabar jangan sampai kurang. Kalau ada yang kurang, Bung Karno pasti akan menanyakan.

Pagi maupun sore hari, ia selalu membaca surat kabar. Bahkan ke kamar kecil pun selalu membaca surat kabar atau majalah.

Bung Karno juga mempunyai kebiasaan khas. Kalau ia duduk di suatu tempat, tidak boleh ada angin dari belakang, tidak boleh ada kipas angin yang dihidupkan di sekitarnya. Ia juga tidak suka tidur di tempat tidur empuk mentul-mentul. Ia terbiasa tidur di tempat tidur beralas papan dan kasur kapuk.

Pernah suatu hari Bung Karno berkata kepada Mangil.

"Mangil, kamu itu selalu dekat Bapak. Ibaratnya kamu harus selalu memegang baju Bapak sebelah belakang. Maka dari itu, kamu supaya selalu membawa sakarin dan korek api. Sungguh pun yang minta api itu bukan saya, tetapi orang lain. Kamu memberikan api kepada orang yang akan merokok, kamu dapat pahala."

Sampai-sampai, Mangil selalu membawa korek api, sekalipun ia tidak merokok.

Bung Karno menyukai rokok merek States Express 555. Pernah dalam suatu perjalanan sehabis makan Bung Karno minta Rokok '555', tetapi tidak ada yang punya.

Ia berkata kepada rombongannya, "Bapak ini merokok sehari hanya dua batang. Tiap-tiap habis makan satu batang. Kok rokok saya satu kaleng yang isinya 50 batang bisa habis satu hari, itu bagaimana?"

Sejak itu, setiap dalam perjalanan, Mangil membawakan rokok Bung Karno supaya selalu utuh, tidak ada yang berani minta rokok padanya, karena Mangil sendiri tidak merokok. Tetapi kalau keluar Istana, selain air putih juga ovaltine yang selalu disediakan oleh Pembantu Inspektur Polisi Sogol, salah seorang anggota DKP.

Setiap kali akan berpidato, Bung Karno terlebih dahulu selalu minum air putih yang sudah dingin, bukan dikasih air es, atau es atau air yang dimasukkan di dalam kulkas. Tetapi air putih yang sudah dimasak dan dingin, tanpa es.

Suatu ketika Bung Karno didaulat untuk memberikan wejangan oleh rakyat setempat dalam suatu perjalanan ke daerah Aceh. Sebelum berpidato, Bung Karno minta air minum. Rakyat berebut ingin memberikan air minum.

Bung Karno berkata, "Saya minta air minum, bukan air teh, bukan kopi, juga bukan bir. Bapak hanya minta air putih yang sudah dimasak dan sudah dingin tanpa diberi es."

Bung Karno senang sekali menonton pagelaran wayang kulit di Istana Negara. Dalam suatu pertunjukan wayang, ia kagum akan kepahlawanan dan kepatriotan Gatotkaca.

Pernah suatu pagi, seusai menonton pertunjukan wayang kulit, Bung Karno bertanya kepada Sugandhi, ajudan Presiden.

"Ndi, lucu tidak banyolannya tadi malam?" Sugandhi menjawab, "Lucu sanget, Pak (lucu sekali, Pak)." "Coba tirukan, apa yang kau anggap lucu," kata Bung Karno lagi.

Sugandhi tidak dapat menirukan dan dengan terus terang menjawab, "Dalem mboten ningali, Pak (saya tidak nonton, Pak)."

Bung Karno hanya tertawa mendengar pengakuan jujur itu. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya