- VIVA.co.id/Lilis Khalisotussurur
VIVA.co.id - Manajer Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia , Zenzi Suhadi menyebutkan sejumlah upaya yang bisa dilakukan, agar kebakaran hutan dan lahan tidak terjadi lagi pada 2016.
Menurutnya, karena sebelumnya tidak pernah ada kebakaran hutan yang berdampak parah seperti saat ini.
"Persoalan asap terus berulang sejak ada izin pengelolaan terhadap wilayah kawasan gambut," ujar Zenzi dalam diskusi 'Energi Kita', di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Minggu 25 Oktober 2015.
Menurutnya, pemberian izin gambut harus dievaluasi. Setelah izinnya dievaluasi, selanjutnya harus ada pemulihan fungsi ekosistem gambut. Perusahaan yang memiliki izin di kawasan gambut harus cepat memenuhi mandat Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014 soal ambang batas air di kawasan gambut harus setinggi 40 sentimeter dari permukaan tanah.
Selain itu, kata Zenzi, pemerintah harus mengembalikan rasa memiliki masyarakat terhadap kawasan hutan dan lahan. Sebab, selama ini jika terjadi kebakaran hutan dan lahan, masyarakat tidak berani masuk ke konsesi sawit. Karena kalau masuk ke dalam wilayah konsesi, bisa terkena ancaman pidana. Untuk itu, ia mendesak agar secepatnya wilayah hutan yang rusak harus dikembalikan pada masyarakat.
Perbaikan selanjutnya yang harus dibenahi pemerintah, menurutnya, yaitu terkait dengan penerbitan konsesi yang dikeluarkan pemerintah pada perusahaan. Ia mencontohkan di Riau, ada perusahaan yang penerbitan konsesinya melebihi kemampuan perusahaan untuk mengelolanya.
Ia menyebutkan, satu perusahaan diberikan izin konsesi 1,9 juta hektare. Secara hitungan, maka perusahaan tersebut harus memiliki 200 ribu orang personil untuk memadamkan api jika terjadi kebakaran. Sementara itu, selama ini tidak mungkin satu perusahaan mempekerjakan sejumlah banyak orang tersebut. Sehingga, penerbitan izin harus juga melihat kemampuan perusahaan bersangkutan. (asp)
Mengapa Praktik Bakar Hutan Berulang Lagi?
Di sejumlah wilayah Sumatera kini mulai terjadi kebakaran hutan lagi.
