Ledakan di Malang Dipastikan Bukan Aksi Terorisme

TIm Labfor Polri melakukan olah TKP ledakan di Malang
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dyah Pitaloka

VIVA.co.id - Tim olah tempat kejadian perkara dari Polres Malang Kota bersama Tim Jihandak, Gegana dan Labfor Polda Jawa Timur memastikan bahwa kasus ledakan yang menewaskan empat orang di kelurahan Bumiayu disebabkan oleh bubuk  mercon dan tidak berkaitan dengan aksi terorisme.

"Olah TKP dinyatakan sudah selesai. Police line segera diangkat dan ledakan disebabkan bubuk mercon, tidak ada indikasi terorisme dan sebagainya,” kata Kapolres Malang Kota, AKBP Singgamata, Senin, 26 Oktober 2015.

Sebanyak tiga hingga lima kilo bahan ramuan bubuk mercon pun disita dan dibawa ke markas Brimob Ranting Detasemen B Polda Jawa Timur untuk kemudian dimusnahkan.

Beberapa peralatan meracik petasan seperti gulungan kertas koran juga ditemukan dan disita dari lokasi. “Ledakan tergolong jenis low explosive, merusak sekitar 90 persen rumah korban dengan kerugian sekitar Rp100 juta,” kata Singgamata.

Polisi saat ini telah meminta keterangan dari tujuh saksi sementara keberadaan pemilik rumah yaitu Nawardi yang masih belum ditemukan. Saat kejadian, pemilik rumah dikabarkan sedang berada di luar Kota Malang.

Ada tujuh korban, empat di antaranya meninggal yaitu, Yuli (25), Yanto (25), Samsul (25) ketiganya warga Kelurahan Bumiayu dan M Riski Fremdiansyah (9 bulan ). Sementara tiga korban lain yaitu Huda (25), Solihin (30) dan M Bahrul Ulum (12) sedang dalam perawatan.

"Satu masih kritis (Huda), yang dua sudah kembali pulang,” kata Singgamata.

Sejauh ini polisi memang belum menetapkan satu orang tersangka pun dalam kasus tersebut.

Petasan untuk Pengajian

Mahasiwa Pemburu Perawan Diganjar Penjara 10 Tahun

Menurut Singgamata, diduga petasan itu akan digunakan untuk memeriahkan pengajian keliling yang akan bertempat di sekitar lokasi kejadian pada Sabtu minggu depan.

“Untuk pengajian Sabtu besok, sudah empat hari ini membuat petasan. Kata ayah saya bahan petasannya sampai 35 kilo,” kata Bahrul Ulum, salah seorang korban.

Saat itu, Ulum mengaku dirinya bermain di dalam rumah bersama ayahnya Solihin dan adiknya M Riski. Disebutkannya Yuli sedang menutup petasan sebagai proses akhir.

“Mas Yuli, Yanto dan Samsul sedang mengemas sumbu petasan, memukulnya dengan palu. Mas Huda sedang bermain HP di sekitar mereka. Ayah saya meminta saya keluar karena khawatir petasan meledak. Baru dua langkah di depan pagar rumah kemudian terjadi ledakan,” kata Ulum.

Rumah yang terdiri dari dua bangunan itu kemudian ambruk dan material bangunannya pecah ke berbagai arah. Ulum pun terkena lemparan kaca di bagian kepala dan kaki. Sementara ayahnya Solihin menggendong adiknya Riski tertimpa bangunan.

"Saya masih mendengar Riski menangis di bawah reruntuhan. Kakek saya (Hasan Basuni) mencari dan mengangkat Riski dari reruntuhan,” kata Ulum.

Namun nasib Riski, balita 9 bulan itu tidak tertolong. Sementara ayahnya Solihin sudah dipulangkan dari RSSA Malang. (ase)

Tunggakan Iuran BPJS di Jatim Capai Miliaran
Pemain, ofisial dan suporter Arema Cronus mengangkat trofi juara Piala Bhayangkara di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (3/4/2016).

Arema Tiba di Malang, Polisi Imbau Warga Tetap di Rumah

Untuk mengantisipasi kemacetan yang bakal terjadi karena konvoi.

img_title
VIVA.co.id
5 April 2016