Korban Ledakan Mercon di Malang Pesimis Dibantu Pemerintah

Korban Ledakan Petasan di Malang Pesimis Dibantu Pemerintah
Sumber :
  • VIVA.co.id/D.A. Pitaloka
VIVA.co.id - Ledakan petasan, atau mercon terjadi di Jalan Kyai Parseh Jaya, Kelurahan Bumiayu, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, pada Minggu petang, 25 Oktober 2015. Ledakan itu menewaskan empat warga setempat dan melukai tiga warga lain.
Pengakuan Kakek Pembuat Petasan yang Bisa Ledakan Kampung

Dampak peristiwa itu, sekolah dasar di sekitar lokasi kejadian masih diliburkan. Sejumlah warga setempat pun menanggung kerugian akibat bangunan rumah mereka ikut rusak terimbas ledakan.
Kakek Ini Bisa Bikin Petasan untuk Ledakkan Satu Kampung

Hasan Basuni (50 tahun), tetangga dekat rumah Nawardi, lokasi ledakan, menderita kerugian moral dan material. Menantunya, Solihin dan cucunya, Bahrul Ulum, menderita luka karena terkena lemparan material bangunan. Seorang cucunya yang lain, Riski Febriansah (9 bulan) tewas dalam kejadian itu.
Jelang Tahun Baru, Polisi Sita Petasan Berdaya Ledak Tinggi

Sedangkan kerugian material terlihat dari bangunan rumahnya yang rusak akibat ledakan dan getaran yang meluluhlantakkan dua rumah milik Nawardi.

Rumah Hasan rusak parah, terutama di bagian atap, dinding, dan jendela rumahnya yang terbuat dari kaca. “Kalau dihitung-hitung, biaya kerusakan bisa mencapai jutaan rupiah,” kata Hasan, saat ditemui Selasa kemarin, 27 Oktober 2015.

Untuk membenahi rumahnya yang rusak, Hasan mengaku mendapatkan bantuan material dari kerabatnya. Dia tidak menunggu, atau berharap bantuan dari pemerintah. Hasan akan memperbaiki bagian atap rumah terlebih dahulu.

“Biayanya saya sendiri. Kalau menunggu Pemkot (bantuan dari Pemerintah Kota Malang) akan terlalu lama, dan saya belum tahu apa bisa dibantu atau tidak,” katanya.



Hasan menambahkan, setelah ledakan, sejumlah barangnya diungsikan ke SDN 4 Bumiayu, yang berjarak tak lebih dari sepelemparan batu dari rumahnya. Ia juga mengungsikan anak dan istri ke rumah saudaranya.

Untuk tidur selama beberapa hari terakhir, Hasan mengaku memilih tidur di dapurnya. Alasannya, ruangan di bagian paling belakang rumahnya terasa paling nyaman. Sementara itu, sebagian besar rumahnya tidak beratap akibat ledakan petasan itu.

Berbeda dengan Hasan, Abdullah Umar, yang rumahnya berada di sisi barat rumah Nawardi, justru memilih tak memperbaiki rumahnya segera. Ia menunggu bantuan pihak ketiga, karena kerusakan rumahnya akibat ledakan mencapai 80 persen. Terlihat bagian dinding dan atap rumahnya hancur dan retak.

“Kalau kaca dan genting bisa diperbaiki sendiri. Untuk dindingnya, sebagian besar tembok retak-retak dan sebagian lagi jebol,” kata Umar.

Selain persoalan perbaikan rumah, siswa di SD Negeri 4 Bumiayu juga belum bisa bersekolah. Sekolah yang berada sejalur dengan lokasi ledakan itu diliburkan sejak Senin 26 Oktober 2015. "Pada hari pertama (Senin), siswa di sekolah kami yang masuk hanya sepuluh anak. Guru, kemudian meliburkan sekolah," kata seorang penjaga sekolah.

Sekolah itu diliburkan hingga hari ini, Rabu 28 Oktober 2015. Akibat keputusan itu pula, kegiatan belajar dan mengajar pun terhambat. Namun, pihak sekolah enggan memberi konfirmasi tentang keputusan libur hingga tiga hari itu. 

Ledakan petasan itu merusak beberapa rumah di kiri dan kanan lokasi kejadian. Sementara itu, rumah Nawardi hancur sekitar 90 persen. Empat warga tewas dan tiga orang luka.

Berdasarkan hasil olah tempat kejadian perkara, Polisi mengamankan 30 kilogram bubuk petasan, sumbu petasan, hingga selongsong petasan ukuran besar dan gulungan kertas koran untuk badan petasan. Aparat sedang menelusuri pemilik bahan peledak, yang kabarnya digunakan untuk memeriahkan kegiatan pengajian akbar di wilayah Kota Malang. (asp)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya