Menag: Orang Beragama Harus 'Radikal'

Menteri Agama, Lukman Hakim Saifudin (kanan).
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin berpendapat bahwa setiap pemeluk agama harus radikal. Namun radikal yang dimaksud adalah dalam arti keyakinan yang mengakar atau iman yang kuat.
Gelar Operasi Antiteror, Polisi Kanada Lumpuhkan Tersangka

"Radikal dalam perspektif agama tidak harus diperangi. Tapi harus dilakukan bagi setiap orang beragama yang benar-benar memahami konteks radikal," kata Menteri saat berbicara pada forum "Dialog Pencegahan Paham Radikal Terorisme" di Jogja Expo Center, Yogyakarta, Rabu, 28 Oktober 2015.
Bertemu Menteri Australia, Yasonna Bahas Soal Terorisme

Menurut dia, hal yang harus dilakukan adalah menangkal efek buruk ekstremisme yang kemudian memaksakan kehendak. Pada dasarnya bukan radikalisme yang mesti ditolak, melainkan sikap memaksakan kehendak dan tak menghargai perbedaan.
UEA: Teroris Sebarkan Radikalisme Lewat Video Game

Ada dua alasan sehingga sebagian orang melakukan tindakan ekstrem. Pertama, seseorang itu merasa diperlakukan tidak adil, sehingga merespons dengan melakukan tindakan kekerasan.

"Dia merespons ketidakadilan dengan cara-cara ekstrim, ingin jalan pintas. Ketidakadilan itu mulai dari lingkungan sosial, hukum, politik, dan masih banyak lainnya," katanya.

Kedua, kata Lukman, seseorang melakukan tindakan ekstrem karena landasan paham keagamaan yang sempit. Tidak semestinya agama dijadikan alasan pembenar atas tindakan ekstrem atau cara-cara kekerasan, seperti teror.

Dia mencontohkan terminologi jihad yang sering disalahartikan sebagai perang fisik atau bahkan meneror. Padahal, menurutnya, banyak makna jihad, di antaranya, belajar atau bekerja dengan sungguh-sungguh, beribadah dengan sungguh-sungguh, dan lain-lain. Pandangan jihad yang berarti perang hanya dilihat dari sudut pandang yang amat sempit dalam memaknai ajaran agama.

"Jihat bisa diartikan haji mabrur, berbakti pada orang tua, menyampaikan kebenaran, menuntut ilmu, membantu fakir miskin, dan masih sangat luas lainnya," kata dia. (ren)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya