VIVA.co.id - Dalam cerita pewayangan, kahyangan adalah sebuah tempat di langit yang dihuni para bidadari cantik dan para dewa. Perwujudan kahyangan itu pernah dibuat leluhur berupa candi di Gunung Penanggungan, Mojokerto.
Candi Kendalisodo terletak di Gunung Penanggungan, tepatnya Desa Seloliman, Trawas, Mojokerto. Di candi ini terdapat punden berundak dan pertapaan yang di dindingnya terdapat relief dengan cerita roman lokal tentang Raden Panji dan Candrakirana. Candi ini diperkirakan dibangun pada masa Mpu Sindok abad X dan digunakan lagi pada masa Majapahit abad XV.
Bangunan Candi Kendalisodo di bangun di lereng bukit, menghadap ke arah barat laut dan berbentuk teras-teras berundak. Setiap teras memiliki dua pintu dan dinding depan. Pintu ini di bangun sedikit menonjol keluar. Di kanan kiri penampil terdapat arca penjaga dalam sikap jongkok di atas lapik berbentuk persegi empat.
Di sebelah sisi kanan pintu masuk ada relief orang jongkok menghadap ke kanan, sedangkan di sebelah sisi kiri pintu masuk terdapat relief laki-laki memangku seorang wanita.
Teras III, pada dinding sisi kanan-kiri pintu masuk terdapat delapan buah hiasan menonjol berbentuk segi enam dan setengah lingkaran terbuka yang dihiasi sulur-suluran.
Di teras IV yang merupakan teras tertinggi dan paling belakang terdapat bangunan altar. Pada bagian belakang altar ada sandaran berbentuk segi empat. Candi Kendalisodo dikenal sebagai Kepurbakalaan LXV.
Selanjutnya... Ditemukan arsitek Belanda...
Ditemukan arsitek Belanda
VR van Romondt, arsitek sekaligus arkeolog Belanda yang pertama kali menelusuri Gunung Penanggungan dalam penelitian tahun 1936, 1937, dan 1940, menemukan 80 situs di Gunung Penanggungan.
Namun, saat ini, yang tersisa hanya tinggal 46 situs. Sisanya hilang dicuri, terkubur longsoran, atau tertutup pepohonan.
Dalam kitab kuno Tantu Panggelaran yang dibuat pada era Majapahit, Penanggungan atau Pawitra adalah puncaknya Mahameru dari India. Punden-punden di Penanggungan memiliki fungsi peribadatan, pemujaan kepada dewata, kepada arwah leluhur, yang bersatu dengan para dewata di puncak Mahameru.
Sayangnya candi-candi yang ada di Gunung Penanggungan ini terkesan kurang terawat. Bahkan banyak sekali jumlahnya yang berkurang akibat pencurian oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
"Selama lebih dari 10 tahun terakhir tidak ada lagi upaya merawat sisa kahyangan di Gunung Penanggungan. Hal itu patut disayangkan mengingat kawasan ini memiliki situs-situs mengagumkan yang memiliki nilai sejarah tinggi,"ujar Dimas Cokro Pamungkas , budayawan Trowulan, Jatim.