Partisipasi Masyarakat di Pemilu Terus Turun, Kenapa?

Ilustrasi Petugas TPS Jaga Kotak Suara di Desa Bojongsari
Sumber :
  • andika_nasution
VIVA.co.id
PDIP Masih Cari Momentum Baik untuk Umumkan Cagub DKI
- Titi Anggraini, Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), mengatakan bahwa angka partisipasi masyarakat dalam Pilkada, termasuk dalam Pileg dan Pilpres, beberapa tahun terakhir cenderung turun.

Ahok Tak Sudi Disebut Petugas Partai

"Ambil contoh Kota Medan yang sekarang Pilkada. Tahun 2010, angka partisipasinya paling rendah se-Indonesia hanya 37 persen. Bisa dibayangkan pemilih kota Medan yang lebih dari 1 juta," kata Titi di kantor Lembaga Administrasi Negara, Jalan Veteran 10, Jakarta Pusat, Senin November 2015.
KPUD DKI Akui Syarat Jalur Independen Sulit


Tak hanya itu, kata Titi, kasus serupa juga terjadi ketika Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2013, hanya 45 persen saja masyarakat yang menggunakan hak pilihnya.


"Di Indonesia selalu begitu. DKI saja dengan Pak Jokowi yang euforia luar biasa tidak dapat mendongkrak partisipasi lebih 65 persen, faktanya 62 persen," ungkap dia.


Menurut Titi, itu terjadi karena jarak antara Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pilkada), Pemilihan Legislatif (Pileg), Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) terlalu dekat.


Pemilih, kata Titi, jenuh dan tidak ada role model hasil pemilu yang baik dan bisa dicontoh serta membangkitkan para pemilih untuk datang kembali ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).


"Jadi paska Pileg, Pilpres produknya tidak memuaskan. Dihadapkan dengan Pilkada. Kejenuhan dan tidak ada keyakinan maka partisipasi menurun," terang Titi.


Meski demikian, Titi optimis Pilkada serentak angka partisipasinya tidak akan seburuk Pilkada sebelumnya karena serentak. "Jadi patut diapresiasi Desember libur. Sehingga warga libur, bisa datang ke TPS," ujar Titi. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya