Bung Karno Restui Soeharto Jadi Presiden, Ini Tandanya

Presiden RI-1 Soekarno dan Presiden RI-2 Soeharto
Sumber :
  • VIVA.co.id / Dody Handoko

VIVA.co.id - Presiden Sukarno ternyata telah meramal Jenderal Soeharto akan menjadi presiden penggantinya. Sumber kisah itu dari Ki Utomo Darmadi, seorang purnawirawan kapten TNI-AD.

Curahan Hati Bung Karno yang Jadi Sasaran Pembunuh

Ia kebetulan banyak tahu jalannya sejarah, karena berada di lingkar satu Istana. Ia menjadi tentara tahun 1945, purnawirawan ini adalah adik kandung pahlawan Peta, Suprijadi.
 
Ramalan itu dikisahkan oleh Roso Daras dalam bukunya Total Bung Karno. Dalam buku itu Ki Utomo mengisahkan, peristiwa tahun 1963 yang ia katakan bahwa Bung Karno sudah meramalkan Pak Harto-lah yang akan menggantikannya menjadi presiden kedua.
 
Tomi, begitu ia akrab disapa, menyodorkan dua peristiwa bersejarah terkait hal itu. Pertama adalah kejadian setelah Pak Harto sukses sebagai Panglima Komando Mandala dalam operasi Trikora, dengan misi tunggal mengembalikan Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi.
 
Nah, setelah itu, Bung Karno menggelorakan Operasi Dwikora, atau yang kita kenal Ganyang Malaysia tahun 1963. Sebagai Panglima diangkatlah Oemar Dhani (Angkatan Udara).
 
Nah, di sinilah Pak Harto tampak kecewa. Dia kemudian menghadap Bung Karno dan menyatakan niatnya “mengundurkan diri”. Bung Karno lantas bertanya, “Nek pensiun, trus kowe arep dadi apa?” (Kalau pensiun, terus kamu mau jadi apa?).
 
Soeharto menjawab, “Menawi kepareng, dados gubernur Irian Jaya” (Kalau diizinkan, jadi gubernur Irian Jaya). Di luar dugaan, Bung Karno menolak dengan menjawab, “Ora, kowe dudu gubernur. Terus tirakat, kowe sak nduwure gubernur.” Kurang lebih artinya, “Tidak, kamu bukan gubernur. Teruslah tirakat, kamu di atasnya gubernur”.
 
Inilah yang oleh Tomi Darmadi disebutkan sebagai salah satu isyarat, bahwa Pak Harto bakal jadi presiden. “Dalam konteks pemimpin teritorial, di atas gubernur apa? Ya presiden,” tegasnya.
 
Tomi Darmadi lantas mengilas balik peristiwa sidang kabinet, kurang lebih tahun 1964. Kebetulan Tomi Darmadi ada di ruang itu. Para petinggi militer yang hadir antara lain disebutkannya, ada Mayjen Ginting, Mayjen Sukowati, Brigjen Juhartono, dan Achmadi.
 
Tomi mendengar ketika Bung Karno secara santai bertanya kepada Achmadi, “Mad, yang nanti mengganti saya, siapa?” Yang ditanya menjawab spontan, “Mas Yani, Bung” Maksudnya adalah Jenderal Ahmad Yani.
 
Aneh, Bung Karno membelalakkan mata dan memberi isyarat “bukan”. “Bukan! Yang mengganti (saya), itu tuh, yang mengenakan celana kombor.” Bicara begitu sambil melirik ke arah Soeharto yang ada di sudut ruang yang lain, agak jauh dari posisi Bung Karno dan Achmadi.
 
Usai kejadian itu, Tomi Darmadi dan sejumlah petinggi Angkatan Darat di Front Nasional sempat bergunjing. Tidak sedikit yang memandang remeh Pak Harto dengan mengungkit “SD saja tidak tamat”.
 
Di samping ada juga yang mengingatkan forum itu dengan mengatakan, “Tapi ingat lho, Bung Karno itu punya ilmu ladunni, dia tahu segala sesuatu yang belum terjadi.”
 
Sejarah kemudian mencatat, sejumlah jenderal Sukarnois tadi sempat meringkuk di penjara Orde Baru.
 
Belasan tahun kemudian, ketika mereka keluar penjara dan bertemu kembali, topik itu pun kembali disinggung. Komentar mereka pendek saja, “Ternyata Bung Karno benar.”

Hasto Datangi KPK

Peran Penting Kerajaan Kotawaringin Bagi Kemerdekaan RI

Kerajaan Kotawaringin merupakan cikal bakal Provinsi Kalteng.

img_title
VIVA.co.id
20 Januari 2016