Greenpeace: Perusahaan Sawit Raksasa Picu Kebakaran Hutan

Perlawanan Greenpeace terhadap bencana kabut asap di Indonesia
Sumber :
  • VIVA.co.id/Facebook/Greenpeace Indonesia
VIVA.co.id
Mengapa Praktik Bakar Hutan Berulang Lagi?
- Lembaga penyelamatan lingkungan Greenpeace menyebutkan penyebab kebakaran hutan dan lahan gambut di Kalimantan ditengarai oleh aktivitas perusahaan minyak sawit raksasa di daerah itu.

Satelit Lapan Deteksi 232 Hotspot Jelang Puncak Kemarau

Dikutip dalam laporan riset Greenpeace Internasional yang diterbitkan November 2015 terhadap tiga perusahaan sawit raksasa yang merupakan anggota dari badan sertifikasi terkemuka berkelanjutan,
Jelang Puncak Kemarau,Titik Api di Sumatera Meningkat
Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan
Forest Stewardship Council
(FSC).


"Perusahaan perkebunan terus mendorong deforestasi hutan di Indonesia. Analisis greenpeace, 1,8 juta hektare hutan telah hilang sepanjang 2011 hingga 2013," tulis laporan tersebut seperti dikutip, Senin 23 November 2015.


Dan sebagai penyebab hilangnya luasan tersebut, keseluruhannya ditengari oleh aktivitas konsensi perusahaan. Sawit misalnya, berkontribusi sebesar 20 persen, lalu Hutan Tanaman Industri 18 persen, pertambangan batu bara 12 persen dan penebangan hutan sebesar sembilan persen.


"Sebanyak 20 persen titik api berada di HTI dan 16 persen berada di konsensi kelapa sawit," tulis laporan tersebut.


Juru kampanye hutan Greenpeace Indonesia Annisa Rahmawati mengatakan, korelasi deforestasi dan kebakaran hutan kini akhirnya terkuak. Banyaknya luasan hutan yang hilang menjadi sumber awal rusaknya ekosistem.


"Masyarakat Indonesia menerima akibatnya, dengan menghancurkan hutan yang menyebabkan bencana asap dan berdampak pada jutaan orang. Semua dilakukan hanya untuk memberi suplai permintaan global untuk minyak sawit murah, kertas dan kayu," katanya.


Sebab itu, Greenpeace berharap agar ke depan seluruh pedagang komoditas dan perusahaan yang membeli minyak sawit dan pulp dari Indonesia agar bekerjasam menegakkan larangan ddeforestasi dan pengembangan lahan gambut.


"Siapa pun yang terus membuka hutan hujan dan mengeringkan lahan gambutĀ  harus dikeluarkan dari pasar. Jika tidak kehancuran ini akan berlanjut sampai tidak ada lagi hutan hujan yang tersisa untuk dilestarikan," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya