Sepotong Ikan Gabus, Tanda Anak Gadis Sudah Dilamar

Seni Budaya Betawi di Festival Setu Babakan
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVA.co.id
Silat Betawi Terancam Punah?
- Banyak perkampungan dengan penduduk asli betawi mulai tergeser seiring perkembangan jaman. Keberadaan Perkampungan Budaya Betawi ini merupakan wujud kesadaran masyarakat setempat dan dibantu oleh Pemkot Jakarta Selatan untuk melestarikan tradisi. Di tempat inilah seseorang bisa melihat bagaimana kehidupan masyarakat Betawi pada masa silam.

Tips Cantik di Pernikahan Konsep Tradisional
 
Lima Cara Penilaian jika Dia Layak Diajak Menikah
Sebenarnya danau di kampung ini sudah ada sejak lama, namun baru tahun 1970-an dijadikan obyek rekreasi bagi penduduk setempat yang memang asli Betawi. Karena penduduknya asli Betawi itulah, maka kampung Babakan seluas 100 hektare itu oleh Pemda DKI dijadikan kampung wisata untuk melestarikan budaya Betawi sejak delapan tahun  silam.
 

Awalnya Kampung Betawi akan dibangun di dearah Condet, Jakarta Timur. Namun karena kondisi masyarakat yang sudah terlampau padat dan masyarakat Betawi asli sudah mulai hilang, maka dipilih daerah Srengseng Sawah sebagai Perkampungan Budaya Betawi.

 

Tradisi perkawinan adat betawi juga bisa dilihat di kampung ini. Jika ada tetangga yang membagikan sepotong ikan gabus goreng atau sayur ikan gabus kepada para tetangga itu artinya anak gadis mereka sudah dilamar orang.

 

“Uniknya tradisi melamar cara betawi sangat berbeda dengan tradisi melamar pada umumnya yang mempertemukan kedua orangtua calon. Akan tetapi pada tradisi betawi yang membuat persetujuan tersebut adalah semacam makelar atau bisa dibilang calo. Jika makelar tersebut sudah bilang oke baru kemudian pernikahan bisa berlangsung,” jelas Indra Sutisna, Pengelola Kampung Setu Babakan di Jagakarsa, Jaksel.

 

Di sana juga terdapat bangunan masjid Baitul Makmur dengan luas 1.900 meter. Masjid yang menjadi kebanggaan masyarakat setempat ini disebut-sebut sebagai masjid termegah di Jakarta yang memiliki corak arsitektur tradisional Betawi.

 

“Pada dasarnya orang Betawi memiliki prinsip 3 S yang harus dipegang dan terus dilaksanakan. 3 S itu adalah Salat, Surat Al-Quran dan Hadist, serta Silat. Tiga hal tersebut memang wajib dimiliki orang Betawi. Silat di sini bukan berarti bela diri secara fisik saja, melainkan seseorang harus pandai bicara yang benar, jadi bukan omong kosong. Karena ketiga sifat itulah, rata-rata masyarakat sekitar sini hidup rukun dan damai. Masing masing dari mereka saling tolong menolong dalam kehidupan sehari-hari,” paparnya.

 

Ketika maulid, menjelang ramadan maupun ketika nuzulul quran, warga di sekitar selalu merayakan dengan sangat meriah. Namun Indra tidak menampik dalam merayakan ritual tersebut tidak sedikit dari warga yang masih merayakan dengan tradisi leluhur.

 

 “Memang sebagian warga masih ada yang menggunakan tradisi-tradisi yang memang terkesan sangat bertentangan dengan agama. Mereka mengatakan itu merupakan tradisi leluhur yang harus dilakukan, jika tidak akan menimbulkan bala bencana. Ya, kami tidak bisa melarangnya. Jadi kami tetap menghormati meskipun kami sendiri tidak menggunakan cara itu,” terangnya.

 

Masih banyak masyarakat Betawi yang tinggal di daerah ini, yakni sekitar 65 persen, masyarakat pendatang pun juga menghormati penduduk asli dengan turut serta membangun rumah model Betawi dan berperan dalam tradisi masyarakat sekitar.

 

Tujuan perkampungan Budaya Betawi ini adalah membina dan melindungi tata kehidupan serta nilai budaya Betawi secara utuh. “Jika ada warga yang ingin membangun rumah model Betawi, tapi tidak punya modal, tinggal konfirmasi pada kami. Insya Allah bersama Pemkot, kami akan membantu,” jelas.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya