Kisah Mengenaskan Jelang Wafatnya Bung Karno

Lukisan Bung Karno yang nampak hidup.
Sumber :
  • FOTO: VIVA.co.id/Dody Handoko

VIVA.co.id - Setelah dimasukkan dalam tahanan rumah di Wisma Yaso (kini Museum Satria Mandala), akhirnya Bung Karno menghembuskan nafas terakhir di RSPAD, pagi dini hari tgl 21 Juni 1970. RRI menyiarkan berita sekitar pukul 7 pagi tentang kematiannya.

Curahan Hati Bung Karno yang Jadi Sasaran Pembunuh

Dalam buku Total Bung Karno karya Roso Daras, diceritakan bahwa buruknya penanganan terhadap penyakit Bung Karno juga mempercepat kematiannya. Beberapa bulan di awal 1969, Bung Karno tidak boleh menerima tamu, termasuk keluarganya, karena harus menjalani serangkaian pemeriksaan dan interograsi. Keluarganya hanya bisa mengantar makanan melalui penjaga.
 
Bung Karno yang suka keramaian dan selalu membutuhkan teman bicara menjadi makin depresi karena diasingkan. Sementara dulu penjajah Belanda saat membuang tahanan politik ke luar Jawa, tidak melarang mereka bergaul dengan lingkungannya.

Setelah keluarga boleh menengok. Itupun dengan pembatasan, harus mengantungi izin dan cap instansi militer, itupun tidak serta merta memudahkan. Rachmawati dibentak dan dimarahi penjaga, karena mengajak Bung Karno jalan-jalan di halaman Wisma Yaso.

Menguak Ambisi Bung Karno Bangun Gedung Sarinah

Jika penjaga sedang baik, keluarga boleh ke Wisma Yaso. Tapi kalau sedang tidak baik, mobil di tahan di gerbang. Sangat sering, Ibu Hartini harus berjalan kaki menenteng rantang makanan melintasi halaman yang sangat luas.
 
Bung Karno sempat menulis surat ke Presiden Soeharto tanggal 3 November  1968 untuk meminta kelonggaran agar keluarganya bisa mengunjungi. Ia juga meminta agar Ny. Sugio yang selama ini mengurusi rumah Wisma Yaso, dizinkan membantu lagi.

Pembantu rumah tangganya tidak diizinkan masuk ke Wisma Yaso, sehingga untuk urusan dapur, Bung Karno harus mengurusnya sendiri.
 
Ketika akhirnya ia menembuskan nafas terakhirnya. Di antara sayup-sayup suara seorang Ibu yang membacakan surat Yasin dekat jenasah Bung Karno, terdengar Ibu Wardoyo kakak kandung Soekarno terus meratap. “Karno, kowe kok sengsoro men.“

Tidak disangka-sangka, Pemerintah memutuskan jenazah Soekarno disemayamkan di Wisma Yaso. Ibu Fatmawati sungguh marah dan kecewa dengan campur tangan Pemerintah. “Tidak, tidak ada cerito. Ini rumahnyo.“ Batin Fatma terguncang. Ia amat terpukul dan tercampak ke sudut yang paling sunyi. Air matanya menetes.
 
Fatma masih mencintai Soekarno. Ia berharap lelaki itu hanya mencintai dirinya. Semua ini tercermin dari sikapnya yang memohon agar Bung Karno dapat disemayamkan di rumahnya di Jalan Sriwijaya Kebayoran Baru. Namun Pemerintah menolak permintaan itu.
 
Fatma yang teguh pendiriannya karena tidak akan datang ke Wisma Yaso – rumah Ratna Sari Dewi – hanya bisa mengirim karangan bunga. Sebuah tulisan tangan Fatma berbunyi “Tjintamu menjiwai rakyat. Tjinta Fat“.
 
Sempat terjadi perundingan antara Hoegeng, Kepala Polisi RI yang bertindak sebagai wakil keluarga Bung Karno dengan Alamsyah Prawiranegara dan Tjokropranolo yang menjadi asisten pribadi Soeharto.

Tercium aroma politis yang kuat. Pemakaman yang seharusnya menjadi perkara biasa dan diputuskan keluarga, ternyata menjadi perkara politis. Sejak awal Bung Karno menginginkan dimakamkan di Bogor. Namun Soeharto memutuskan untuk memakamkan di Blitar, dengan alasan dekat dengan ibunda Soekarno.
 
Ini yang kelak menjadi justifikasi Orde Baru dengan mengatakan kota kelahiran Bung Karno di Blitar. Alasan sesungguhnya, Soeharto, jika Bogor menjadi makam seorang Soekarno, maka tempat ziarah itu terlalu dekat dengan Jakarta. Secara politis itu berbahaya.
 
Siang harinya, jenazah Bung Karno dibawa ke Blitar lewat Malang dengan menggunakan pesawat Hercules dari Halim Perdana Kusuma. Perjalanan dilanjutkan melalui jalan darat ke Blitar, menembus rakyat yang memenuhi sepanjang perjalanan sampai makam.

Bung Karno dan Romusha yang Tewas Mengenaskan

(mus)

Hasto Datangi KPK

Peran Penting Kerajaan Kotawaringin Bagi Kemerdekaan RI

Kerajaan Kotawaringin merupakan cikal bakal Provinsi Kalteng.

img_title
VIVA.co.id
20 Januari 2016