Sumber :
- istimewa
VIVA.co.id
- Butuh 12 jam perjalanan darat dari Balikpapan untuk bisa menjangkau tempat ini. Melintasi hutan belantara yang masih sangat asri dan binatang yang hidup di habitat aslinya.
Meski lewat darat, tak mudah juga melintasi jalanannya. Ada yang diaspal, ada juga yang masih tanah atau batu kerikil. Kutai Barat, inilah tempat yang dituju. Di tempat yang sangat jauh dari bising kendaraan ibu kota membuat nuansa ibadah semakin khidmat.
![Halaman Selanjutnya]( "Halaman Selanjutnya")
Baca Juga :
Andrea Pirlo Terlalu Keren untuk Hadiah Natal
Meski lewat darat, tak mudah juga melintasi jalanannya. Ada yang diaspal, ada juga yang masih tanah atau batu kerikil. Kutai Barat, inilah tempat yang dituju. Di tempat yang sangat jauh dari bising kendaraan ibu kota membuat nuansa ibadah semakin khidmat.
Ini yang dirasakan para tahanan Polres Kutai Barat, Kalimantan Timur. Meski dalam jeruji besi, namun hak mereka menjalani ibadah tetap diutamakan.
Jumat pagi, 25 Desember 2015, para tahanan Nasrani sudah mulai bersiap untuk berdoa dan merayakan Natal bersama. Sebanyak 22 tahanan Nasrani didampingi pendeta memanjatkan doa pada misa pagi tadi.
"Kami ingin memanusiakan manusia, walaupun mereka tahanan, namun apa yang menjadi hak mereka akan kita berikan. Termasuk hak untuk merayakan Natal," ujar Kapolres Kutai Barat, Kalimantan Timur, Ajun Komisaris Besar Hindarsono, pada
VIVA.co.id
.
Hindarsono menambahkan, di hari raya Natal ini, dia berharap para tahanan bisa menjadikan momentum agar ke depan bisa menjadi pribadi yang lebih baik, di mata Tuhan dan juga tidak melanggar hukum.
Tak hanya Natal, di ruang tahanan Polres ini juga digelar peringatan Maulid Nabi SAW. Ada 42 tahanan muslim yang mengikuti peringatan hari lahirnya nabi Muhammad SAW.
Sang ustad yang memimpin peringatan Maulid Nabi ini menjelaskan, penjara bukan akhir dari segalanya. "Penjara merupakan manfaat untuk banyak ibadah dan memperbaiki diri," kata ustad tersebut.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Ini yang dirasakan para tahanan Polres Kutai Barat, Kalimantan Timur. Meski dalam jeruji besi, namun hak mereka menjalani ibadah tetap diutamakan.
