Awal Tahun, Harga Sayuran di Aceh Meroket

Pedagang sayur mayur
Sumber :

VIVA.co.id - Awal 2016, sejumlah harga kebutuhan dapur rumah tangga melonjak naik di Aceh. Kenaikan signifikan terjadi pada harga sayur mayur seperti cabai dan juga harga ikan yang melonjak tajam dua kali lipat.

Perempuan Aceh Ini Pingsan setelah Dicambuk 12 Kali

Pantauan VIVA.co.id di pasar tradisional Pusong, Kota Lhokseumawe, Aceh, harga cabai merah dari semula berkisar antara Rp15.000 sampai Rp20.000 melonjak hingga Rp40.000 per kilogram.

Selain cabai, harga tomat juga ikut melonjak, dari yang sebelumnya Rp8.000 naik menjadi Rp12.000. Kondisi ini sudah terjadi sejak Natal 2015 dan akibat lonjakan harga ini, pedagang sayur di Lhokseumawe terlihat sepi pembeli.

Tujuh Kulit Sayuran Ini Bermanfaat Merawat Kulit

Salah seorang pedagang, Ismail, mengatakan, lonjakan harga tersebut akibat kurangnya pasokan dari agen penjual. “Iya, harga barang menjadi mahal sejak Natal sampai sekarang karena kurang pasokan dari agen,” ujar Ismail, Sabtu, 2 Januari 2016.

Menurut Ismail, jika kondisi seperti ini terus terjadi, para pedagang terancam merugi. “Kalau seperti ini terus, kami bisa rugi karena nggak ada warga yang mau membeli sehingga barang kami bisa layu, busuk dan kami bisa rugi,” kata dia.

54 Hektare Ladang Ganja Dimusnahkan

Selain harga sayur-sayuran, lonjakan harga juga terjadi terhadap ikan. Sepekan terakhir, harga ikan di Aceh melonjak akibat cauca buruk melanda sejumlah kawasan di Aceh. Hal tersebut mengakibatkan hasil tangkapan ikan nelayan menjadi sedikit.

“Harga ikan Tongkol dulu sekitar Rp15.000 satu kilogram, sekarang Rp30.000 per kg. Ikan lain juga gitu, semua naik, karena hasil tangkapan dari nelayan berkurang, katanya karena ombak besar di laut makanya sedikit ikannya,” ujar Ridwan, salah seorang pedagang ikan di Lhokseumawe.

Abdullah, nelayan di Lhokseumawe mengatakan, sudah sejak sepekan terakhir para nelayan di Aceh tidak melaut. Cuaca buruk dan gelombang tinggi membuat para nelayan memilih memarkirkan kapal mereka di dermaga.

“Sudah sepekan ini kami tidak bisa melaut karena gelombang tinggi, kami tidak berani mengambil risiko dan terpaksa menganggur untuk sementara waktu sampai kondisinya normal kembali. Hanya kapal besar yang pergi melaut, itu pun dapat (ikan) sedikit,” ujar Abdullah.

Biasanya, hasil tangkapan bisa mencapai 30 sampai 40 drum fiber, namun karena kondisi cuaca buruk, para nelayan hanya mendapat tiga drum fiber. Bahkan, ada nelayan yang tidak membawa ikan setelah melaut. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya