Psikolog: Tidak Semua Anak Eks Gafatar Trauma

eks gafatar
Sumber :
  • VIVA.co.id/Zahrul Darmawan
VIVA.co.id - Kementerian Sosial menganalisis belum tentu semua anak eks Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang menjadi korban pengusiran di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, mengalami trauma.
Polisi Segera Limpahkan Berkas Kasus Gafatar

Sebagian anak warga mantan pengikut Gafatar itu memang susah tidur selama berada di penampungan sementara di Taman Bunga Wiladatika, Cibubur, Depok, Jawa Barat. Tetapi mereka baru sebatas bosan atau lelah, belum sampai trauma sehingga mengganggu kesehatan jiwanya.
Definisi 'Makar' Tidak Jelas, Pemerintah Salah Kaprah

“Kondisi itu wajar ketika seseorang berada dalam lingkungan yang sama dengan jumlah banyak," kata Tetry Darwis, Kepala Sub Unit Pemulihan dan Penguatan Sosial Kemensos, ditemui di lokasi penampungan pada Kamis, 28 Januari 2016.
Kasus Gafatar, Polisi Sudah Periksa 50 Saksi

Tetry mencontohkan seseorang bermain bola yang sudah pasti akan kelelahan sampai batas waktu tertentu. Begitu juga dengan kondisi para pengungsi itu. Mereka sulit tidur karena memang tempat yang tak nyaman.

"Trauma itu baru bisa dilihat jika dalam waktu lama yang bersangkutan masih merasakan sesuatu yang tidak normal. Misalnya, sudah di rumah tapi tidurnya masih saja gelisah, itu patut diduga (trauma),” ujarnya.

Di tempat yang sama, tim psikolog pada Pusat Krisis Universitas Indonesia, Wahyu Cahyono, yang dilakukan sekarang baru dukungan psikososial. Bentuknya berupa menghilangkan rasa bosan pada anak dan mencoba merekam kembali yang mereka rasakan.

"Bentuknya bisa melalui gambar dan permainan yang tidak secara langsung mereka sadari. Namun bisa kita lihat dari goresan tintanya. Namun, menurut saya, sampai saat ini adalah hal yang wajar jika mereka mengalami kelelahan dan kekesalan setelah apa yang dilalui," ujarnya.

"Yang jelas ada satu rangkaian yag cukup panjang, paling tidak menghilangkan rasa bosan. Namun di balik itu kami merekam pikiran, dan rasa mereka, nanti akan kami olah untuk mengungkap sesuatu," dia menambahkan.

Jumlah pengungsi eks Gafatar di lokasi itu ada sebanyak 712 orang. Mereka berasal dari empat wilayah berbeda, yakni Banten, Jawa Barat, Lampung, dan DKI Jakarta. Mereka akan berada di sana selama empat hari. Selain penanganan pertama, para eks Gafatar itu juga akan mendapat pembinaan kebangsaan.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya