'Ritual' Berburu Air di Desa Ini Menyedihkan

Krisis air bersih di Nusa Tenggara Timur
Sumber :
  • VIVA.co.id/Judith Lorenzo Taolin
VIVA.co.id
Matahari Menuju Utara Katulistiwa, Bali Panas Menyengat
- Genap 35 tahun sudah Desa Oepuah Kecamatan Biboki Moenleu Kabupaten Timor Tengah Nusa Tenggara Timur didekap krisis air bersih. Hujan yang kini mengguyur di tanah lain tetap tak menjamah mereka. Air pun menjadi barang langka.

Jokowi Resmikan 'Groundbreaking' Bendungan Rotiklot

Agus Aluman, warga setempat. Setiap hari harus menempuh perjalanan 10 kilometer hanya untuk mengumpulkan air dari tetesan air dari celah gunung batu.
Hari Ini Presiden Jokowi Hadiri Natal Nasional


Di Desa Oepuah Utara, sumber air hanya terdapat di Oeroni. Yakni sebuah celah batu yang berisi air dari rembesan batu.


Oeroni tak pernah kering. Hanya saja saat kemarau, jumlah airnya memang menipis. Sehingga dibutuhkan waktu berjam-jam hanya untuk menampung satu jeriken air bersih berukuran 35 liter.


"Kami sudah menggunakan air ini selama puluhan tahun, ini satu-satunya sumber mata air kami. Kami hidup dari sini," kata Aluman, Jumat 29 Januari 2016.


Mengumpulkan air dari Oeroni sesungguhnya tidaklah mudah. Warga setempat harus membersihkan celah gunung batu yang terbelah, kemudian memotong akar pohon untuk membantu proses penyaringan air.


Air yang terkumpul lalu dialirkan lewat selembar seng agar mudah masuk ke jeriken atau ember yang telah disediakan.


Menurut Aluman, air yang diambil dari celah batu tersebut hanya digunakan untuk kebutuhan minum dan memasak. Sementara yang mengalir ke lubang bawah tanah baru dipakai untuk mandi dan mencuci pakaian.


"Kalau air yang ini, kami pakai untuk mandi dan mencuci pakaian", sambung Aluman sambil menunjuk pada genangan air yang tertampung di sebuah galian di bawah kaki gunung batu.


Warga lainnya Yosep Tulasi mengaku berburu air bersih dilakoninya sejak pagi buta. Ia bersama warga lain sudah berbondong-bondong mengantre air di celah bukit batu.


"Ini sudah menjadi masalah kami sejak tahun 1980-an," kata Yoseph.


Beberapa waktu lalu, warga pernah berupaya membuat sumur. Namun karena struktur tanahnya berpasir, air yang didapat pun terasa asin. Sehingga tidak bisa digunakan untuk konsumsi.


Karena itu, satu-satunya air yang masih menjadi andalan Oeroni. Meski jauh, mau tak mau ritual berburu air pun harus dilakukan oleh warga di Desa Oepuah. (ren)


Judith Lorenzo Taolin/NTT

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya