Gundukan Tanah Diduga Kuat Situs Leluhur Raja-raja Jawa

Gundukan Tanah Diduga Kuat Situs Leluhur Raja-raja Jawa
Sumber :
  • VIVA.co.id/D.A. Pitaloka
VIVA.co.id – Situs purbakala peninggalan abad 1.198 masehi diduga berada di bawah gundukan bukit kecil seluas 165 meter persegi, di tengah hamparan sawah di Dusun Klandungan, Desa Landungsari, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Penggalian Lokasi Situs Majapahit Dinilai Langgar UU

Arkeolog setempat menduga punden yang disebut punden Bale Kambang itu adalah pusat kota tua di abad 12 masehi. Kota modern ini menjadi saksi kerajaan Kediri dan pemberontakan Ken Arok untuk mendirikan Singasari.
Patung Sepasang Kekasih Masa Majapahit Ditemukan Warga

Ken Arok dikenal sebagai pendiri Dinasti Rajasa, yakni dinasti yang menurunkan raja-raja Singasari dan Majapahit hingga abad ke-16. Para raja Demak, Pajang, dan Mataram Islam, juga keturunan Dinasti Rajasa.
Kisah Ken Arok, Pencuri yang Berhasil Membangun Kerajaan

Arkeolog dan akademisi dari Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono, menyebut situs itu kemungkinan besar adalah situs Klandungan yang tersebut dalam prasasti Marinci, yang bertahun 1.120 saka atau 1.198 masehi. Dalam prasasti yang terbuat dari tembaga itu, nama Klandungan disebut sebagai salah satu dari beberapa desa dengan status perdikan yang terbentang dari wilayah Dau di barat hingga di Desa Peniwen di sekitar Kecamatan Kromengan di selatan.

“Prasasti itu menyebut nama Wurandungan, sementara dusun ini adalah dusun Klandungan Desa Landungsari. Bisa jadi kata itu berasal dari Wurandungan,” kata Dwi Cahyono pada Selasa, 9 Februari 2016. 

Dugaan lain, lokasi itu berada di dekat dengan sungai Metro yang dalam prasasti disebut bernama Kali Braholo, sungai suci yang diduga bernama Metro, anak Sungai Brantas. Tak jauh dari situs, juga ditemukan banyak peninggalan sejarah yang sudah ditetapkan sebagai situs purbakala, di antaranya, situs Watu Gong dan Candi Gasek.

“Lokasi ini berada di pertemuan dua sungai dan berada di tepi Sungai Metro, yang ada di sebelah selatan situs. Nama itu ada di dalam prasasti dengan sebutan Kali Braholo. Kali yang disucikan, sementara metro berasal dari amarta, air abadi,” katanya.

Di sekitar situs Klandungan juga banyak ditemukan peninggalan bersejarah, bahkan dari era prasejarah seperti sarkofagus dan batu kenong untuk pelandas bangunan dari abad yang lebih muda. Ada pula candi Badut yang ada berada sekitar satu kilometer dari lokasi itu. 

Situs Klandungan atau punden Bale Kambang berupa gundukan tanah dengan ketinggian sekitar dua meter lebih tinggi dibanding sawah yang mengelilinginya. Di sekitar lokasi banyak ditemukan batu bata berukuran besar dan padas yang memiliki ukiran tertentu di atasnya.

Ada pula pecahan gerabah yang diduga bagian dari wadah air di masa lalu. Batu bata berukuran 22 cm x 38 cm dengan tebal sekitar 15 cm banyak ditemukan tersebar di sekitar situs yang masih berupa lahan sawah. Dari reruntuhan gerabah yang ditemukan, bisa diduga penduduk setempat adalah kelompok bangsawan sehingga bisa membeli aneka gerabah dengan kualitas bagus.

“Jika gundukan ini digali akan banyak ditemukan batu bata dan batu padas. Untuk mencari dasar fondasi dibutuhkan eskavasi kecil sehingga bisa diketahui ini candi atau yang lain. Sampai sekarang situs ini belum mendapat perhatian dari pemerintah setempat,” katanya.

Warga sekitar situs, Senitri, mengatakan batu bata berukuran besar sering ditemukan petani dan kuli bangunan yang sedang membangun rumah. “Batu batanya ukurannya besar-besar, banyak yang dibawa pulang untuk pawon (tungku api). Ini saya juga dikasih sama tukang yang bangun rumah sebelah,” katanya. (one)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya