Tosan Rekan Salim Kancil Kebal Ditebas Aneka Senjata Tajam

Tosan saat bersaksi untuk kasus pembunuhan Salim Kancil di Pengadilan Negeri Surabaya pada Kamis, 24 Februari 2016.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Nur Faishal
VIVA.co.id - Saksi kunci pembunuhan Salim Kancil, Tosan, bersaksi di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Kamis, 24 Februari 2016. Ia blakblakan tentang hal yang dialaminya, termasuk soal tambang ilegal di Desa Selok Awar-awar, Pasirian, Lumajang.
Kisah Tangisan Anak TK Iringi Penyiksaan Salim Kancil
 
Tosan mengatakan, semua bermula ketika ia dan lima rekannya terus-menerus menolak tambang ilegal yang dipimpin Hariyono (terdakwa utama), Kepala Desa Selok Awar-awar saat itu. "Tanggal 8 bulan 9 tahun 2015, saya pernah diundang Pak Camat," katanya.
Kades Pembunuh Salim Kancil Rutin Suap Muspika
 
Di hadapan Camat Pasirian, dia menyampaikan kritik soal tambang ilegal yang dikelola Hariyono dan kawan-kawan. Dia resah karena lahan di pesisir Selok Awar-awar rusak parah setelah ditambang bertahun-tahun lalu.
Tambang Ilegal di Tanah Keraton, Sultan Marah
 
"Saya bilang pada Pak Camat, alhamdulillah, kalau Pak Kades saya (Hariyono) menutup tambang ilegal itu," kata Tosan dengan polos. "Besoknya saya demo meski orang sedikit."
 
Pada 10 September 2015, Tosan melanjutkan, sekelompok orang protambang menyerangnya, tapi dia selamat. "Semua bawa celurit. Orang yang menyerang saya, ya, tidak jauh, di belakang saya ini (para terdakwa)," katanya.
 
Serangan kedua terjadi pada Sabtu, 26 September 2015. Waktu itu, kata Tosan, pagi-pagi betul dia main ke rumah temannya, Imam. Tiba-tiba terdakwa Parman datang dan marah-marah kepadanya. "Setelah dilerai, Parman pulang tapi teriak-teriak mau carok dan bunuh saya," katanya.
 
Tosan lalu pulang ke rumahnya dan langsung bersih-bersih rumah. "Setelah menyapu, tiba-tiba Parman datang dan segerombolan orang membantai saya. Pertama memukul Iksan, lalu Tomi, lalu Madasir," ujarnya.
 
Aneka senjata tajam, seperti celurit, cangkul, dan parang, disabetkan pengeroyok ke sekujur tubuh Tosan. Ada juga yang menggunakan batu dan kayu. Ditanya hakim apakah terluka. "Tidak ada luka, Pak Hakim. Hanya ada darah karena dipukul pakai batu," ujarnya.
 
Tosan yang panik lalu lari dan sembunyi di dapur tetangganya, Santo, tapi diketahui pengeroyok. Ia lari ke lapangan dan langsung menyambar sepeda angin milik warga. "Belum sempat saya pedal saya dipukuli dan ditabrak dengan sepeda motor. Saya pura-pura mati lalu tidak sadar. Saya sadar saat di rumah sakit," katanya.
 
Tosan memastikan bahwa delapan terdakwa, Hariyono dan kawan-kawan, adalah orang-orang yang menyerangnya. "Kalau Pak Hariyono tidak melihat saya saat pengeroyokan. Tapi dia koordinator tambang. Terdakwa lain, Madasir dan lainnya, semua saya lihat," ujar Tosan.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya