Ketika Harimau Sudah Jadi Santapan

Warga Desa Silantong Julu Kecamatan Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara, Rabu 9 Maret 2016, bersama kepolisian setempat menunjukkan harimau yang telah dibunuh.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Facebook

VIVA.co.id – Seekor harimau betina dewasa (Panthera tigris sumatrae) bersimbah darah di hadapan warga Desa Silantong Julu Kecamatan Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara, Rabu 9 Maret 2016.

Pencari Daun Nipah Tewas Diterkam Harimau

Setidaknya enam peluru telah bersarang di badannya. Di mulutnya, sebilah mata tombak berwarna karat cokelat terlihat menancap dalam hingga menembus leher.

Yang lebih mengerikannya lagi, harimau betina dengan panjang badan 1,5 meter dengan perkiraan berat antara 80-100 kilogram itu dipotong-potong. Dagingnya dibagikan ke warga untuk dijadikan santapan.

Khawatir Giring Mati, Aktivis Desak Pemerintah Bertindak

Investigasi yang dilakukan lembaga Bukitbarisan Sumatran Tiger Rangers, harimau nahas ini diduga sengaja memang untuk dibantai bersama-sama warga.

Sebabnya, dari kesaksian seorang warga. Awalnya harimau tersebut terjebak selama sehari di dalam perangkap babi milik warga desa.

BKSDA Jambi Tangkap Pelaku Perdagangan Harimau

Kakinya terjerat oleh kabel yang dipasang untuk menjerat babi. Ketika itu lah datang petugas polisi dari Polsek Pangaribuan.

"Harimau itu ditembak polisi dengan enam peluru, kemudian ditombak," ujar seorang warga dalam video yang diunggah Bukitbarisan Sumatran Tiger Rangers seperti diunggah di Facebooknya, Minggu 13 Maret 2016.

Aksi brutal dalam kasus harimau di Sumatera Utara tersebut, sontak menuai reaksi tajam. Apalagi, aksi itu diduga dipelopori oleh seorang petinggi kepolisian, yang sengaja menembak dan bersama warga memotong harimau tersebut.

"Sepantasnya Kapolsek mendapat ganjaran yang setimpal dgn perbuatannya dan kedangkalan pengetahuannya tentang SDA," ujar pemilik akun facebook Soaduon Edo Sitorus.

"Polisi yg enggak punya otak. Patah kan leher Polisi ni udah itu kasih makan harimau . Harimau lebih berguna untuk di lihat oleh masa depan anak anak kita," tambah akun facebook lainnya Ully Sbr Meliala.

Hingga kini, kasus konflik antara manusia dan satwa di Indonesia terus berulang. Mayoritas korban adalah dari kalangan satwa. Pilihannya adalah mati atau dikuliti lalu dijual.

Nasib Harimau tak sepantasnya diujung tombak. Jumlahnya sudah jauh sangat terbatas saat ini. Ingat desakan populasi manusia telah mengambil lebih dari separuh ruang hidup mereka. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya