- Nur Faishal/Viva.co.id
Mulanya, massa beratribut Pemuda Pancasila (PP) itu bertahan di kantor Kejati Jatim di Jalan Ahmad Yani Surabaya, setelah kejaksaan secara resmi menetapkan La Nyalla Mattaliti sebagai tersangka kasus dugaan korupsi dana hibah Kadin Jatim sebesar Rp5 miliar pada tahun 2012, Rabu sore, 16 Maret 2016. Massa bertahan hingga pukul 18.30 WIB.
Beberapa saat kemudian, dua mobil watercanon dan puluhan personel polisi membentuk formasi penghadangan, sehingga menutup jalann masuk depan kantor Kejati Jatim. Polisi berancang-ancang membubarkan paksa massa.
Kabag Ops Polrestabes Surabaya, Ajun Komisaris Besar Polisi Raydian Kokrosono, lalu menyampaikan peringatan kepada massa agar membubarkan diri.
"Sesuai undang-undang, kebebasan berkumpul dan berserikat di tempat terbuka dibatasi hingga pukul 18.00. Dimohon untuk membubarkan diri atau kami bubarkan paksa," tegasnya.
Sempat sedikit terjadi ketegangan setelah peringatan disampaikan polisi. Massa menimpali dan bersikukuh untuk bertahan. Namun, begitu polisi bersiaga membubarkan paksa, massa PP serentak membubarkan diri.
Informasi dari salah satu massa menyebutkan mereka akan bergerak menuju rumah dinas Kepala Kejati Jatim, Maruli Hutagalung. Seorang polisi juga membenarkan informasi itu.
Pengamanan di Rumah Kajati Jawa Timur
Sementara itu, di kediaman Maruli, polisi memperketat penjagaan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Pantauan VIVA.co.id sedikitnya 5 truk pengangkut personil polisi berhenti yang tiba beriringan di depan rumah dinas. Termasuk satu unit kendaraan water cannon.
Tampak, sejumlah petugas polisi dan pihak keamanan Kejati Jawa Timur berdiri di depan pintu pagar besi bercat putih, rumah dinas Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Timur.
Sementara, sekitar 100 meter dari rumah dinas yang dijaga, tampak juga kerumunan massa berseragam loreng merah.
Seperti diberitakan, massa PP mendatangi kantor Kejati Jatim setelah Kejaksaan menetapkan Ketua Kadin Jawa Timur, La Nyalla Mattaliti, sebagai tersangka kasus dugaan hibah sebesar Rp5 miliar pada tahun 2012 lalu.
Bapak kami, La Nyalla Mattalitti, dikriminalisasi. Kasus hibah Kadin sudah selesai dan berkekuatan hukum tetap, kenapa diungkap lagi. Kalau bapak kami dicubit, kami semua ikut sakit," kata Zahdi, koordinator aksi dari PP Surabaya.
