Cerita Ketakutan Ibunda Korban Sandera Abu Sayyaf

Kelompok bersenjata Abu Sayyaf, kerap melakukan penculikan dan perampokan di Filipina Selatan.
Sumber :
  • www.worldbulletin.net

VIVA.co.id – Sebulan sudah berlalu. Kecemasan pihak keluarga Kapten Kapal Tugbout Brahma 12, Peter Tonsen Barahama kian bertambah ketika mendengar adanya pemenggalan kepala salah satu sandera asal Kanada oleh kelompok militan Abu Sayyaf, Selasa 26 April 2016.

Penculikan di Perairan Global Naik Tiga Kali Lipat

Orangtua Peter, Sofitje Salemburunf dan Charlos Barahama begitu takut mendengar berita adanya pemenggalan kepala tersebut. Sofitje mengatakan, hampir setiap hari, mereka memantau berita di pagi hari. "Saya tak bisa tidur tadi malam. Ternyata pagi-pagi dapat berita ada sandera yang dipenggal kepalanya," ujar Sofitje yang didampingi suaminya, Selasa 26 April 2016 di Manado, Sulawesi Utara.

Mantan guru ini ingat bagaimana keadaan mereka, termasuk kalau terjadi kontak senjata. "Tapi tadi agak plong hati ini karena ayah Peter, menerima telepon dari pihak perusahaan yang menyebutkan Peter dan kawan-kawan dalam kondisi selamat," ujarnya.

Warganya Dipenggal Abu Sayyaf, Duterte: Musnahkan Mereka

Charlos menambahkan pihak perusahan menelepon bahwa sampai sekarang keadaan 10 WNI yang ditahan kondisinya selamat. "Perusahan menyampaikan setelah diinformasi oleh kelompok Abu Sayyaf soal keadaan para ABK," kata Charlos.

Mengenai uang tebusan, Charlos mengaku tak tahu menahu. "Sebab itu urusan kantor pusat bukan cabang di Banjarmasin," tuturnya meniru penyampaian Ibu Mega dari perusahan Kapal Brahma 12.

Kemlu Belum Bisa Pulangkan WNI Korban Sandera Abu Sayyaf

Perusahan juga mengimbau bahwa keluarga tetap tenang. Mengingat sampai sekarang masih dilakukan negosiasi.
 

Kelompok bersenjata Abu Sayyaf, kerap melakukan penculikan dan perampokan di Filipina Selatan.

Dua Sandera WNI Asal Wakatobi Bebas di Filipina Selatan

Dua WNI di sandera sejak 5 November 2016 di perairan Kertam, Malaysia.

img_title
VIVA.co.id
20 Januari 2018