Ramadan, Pesanan Cao di Malang Meningkat Empat Kali Lipat

Proses pembuatan cao di Malang, Jawa Timur
Sumber :
  • Dyah Ayu Pitaloka/ VIVA.co.id

VIVA.co.id – Kuali besar itu terdiam di atas tungku. Di bawahnya, api dari kayu bakar menyala besar. Enam pemuda terlihat berjejal mengelilingi tungku, mengaduk air berwarna gelap yang sedang dimasak dalam ruangan berukuran sekitar 9 meter persegi.

Polisi Ganteng Ajak Penggemarnya Hibur Anak Pejuang Kanker

Dapur sebuah rumah di Pasar Kebalen, Kalan Laksaman Martadinata Gg 6 Kota Malang, Jawa Timur ini, sehari-harinya memang menjadi lokasi produksi panganan tradisional cao. Namun khusus Ramadan, dapur itu menjadi lebih sempit, karena adanya tambahan lima tenaga kerja untuk memproduki cao hingga 200 kaleng setiap harinya. Padahal, produksi rata-rata cao di luar Ramadan sekitar 50 kaleng per hari.
 
Pada bagian depan, terlihat tumpukan kayu bakar nyaris menutup muka rumah. Di terasnya, berjajar kaleng berisi cao siap hidang yang sedang didinginkan, menunggu diambil pemiliknya. Rumah produksi cao ini milik Suratemi. Tapi warga setempat memanggilnya dengan sebutan Mak Cao. 

"Tumpukan kayu ini sudah berkurang banyak sejak masuk Ramadan, maklum produk kami naik, bisa sampai 500 kaleng sehari di hari pertama Ramadan,” kata Hariati, Putri Suratemi, di rumahnya, Jumat, 10 Juni 2016.

Inilah Alumni Ramadan Terbaik di Mata Allah SWT

Suratemi menjalankan produksi rumahan ini melanjutkan usaha orangtuanya sejak 1960. Proses membuat cao berlangsung 5 jam setiap kali pembuatan. Daun cao sebanyak 40 kilogram direbus hingga lunak, sebagai bahan utama membuat 200 kaleng cao. Selanjutnya dicampur kanji dan tawas dan dimasak hingga mendidih. Cao buatan mereka mampu bertahan hingga tiga hari. 

http://media.viva.co.id/thumbs2/2016/06/10/575ab3d535314-rumah-mak-cao-di-pasar-kebalen-malang-jawa-timur_663_382.jpg

Cerita Petugas PLN Tetap Bekerja saat Lebaran

Satu kaleng cao dijual dengan harga Rp27 ribu. Harga ini naik Rp2 ribu dibanding sebelum Ramadan. Di tangan pedagang eceran, satu kaleng cao bisa berubah menjadi 30 potong cao, dengan harga Rp3.000 per buahnya. Cao sering disajikan sebagai campuran es dawet atau minuman lain. Teksturnya yang kenyal dan rasanya yang segar membuat cao menjadi sajian pas untuk berbuka puasa.

“Ramadan ini permintaan lebih banyak dibanding Ramadan tahun lalu, karena waktu itu musim hujan. Kalau musim kemarau orang lebih suka makan es," katanya. 

Menurut Hariati, di Malang hanya ada dua pembuat cao, dan dia menjadi salah satunya. Walaupun harganya naik, pesanan cao tidak menurun, sampai-sampai dia terpaksa menolak pesanan karena tak mampu memenuhinya.

Hariati khawatir pekerja yang ada akan membuat cao berkualitas jelek, jika mereka terlalu lelah bekerja. “Kalau campurannya terlalu banyak air cao jadi encer, pembeli tidak suka dan pasti akan dikembalikan. Harganya naik karena bahan bakunya naik. Daun cao yang kami ambil dari Ponorogo naik harganya memasuki Ramadan,” katanya.
 
Menurutnya permintaan akan stabil hingga hari ke 20 Ramadan. Setelah itu permintaan akan menurun dan produksi kembali seperti sedia kala.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya