Remaja Lebih Suka Garuda di Dadaku dari Garuda Pancasila

Remaja Lebih Suka Lagu Garuda di Dadaku dari Garuda Pancasila
Sumber :
  • VIVA.co.id/Nur Faishal
VIVA.co.id - Kalangan muda Indonesia masa kini, dianggap mulai mengacuhkan lambang-lambang negara. Salah satu indikatornya, ialah berpalingnya muda-mudi dari lagu kebangsaan seperti Garuda Pancasila. Mereka lebih senang menyanyikan lagu Garuda di Dadaku karya grup band Netral.
Risma: Jerman Sumbang Rp1,5 Triliun untuk Bangun Trem

Tergeruskah nasionalisme bangsa?
Aplikasi Antibegal Bikinan Mahasiswa ITS

Pertanyaan itu muncul dalam diskusi tentang nasionalisme yang diselenggarakan Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa Indonesia (IARMI) Jawa Timur di kampus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Surabaya (Stiesa) pada Minggu malam, 7 Agustus 2016.
Siswa SD Menangis Agar Risma Tak Jadi Calon Gubernur Jakarta

Pengelola Sekolah Kebangsaan Tjokroaminoto, Joko Susanto menilai, generasi masa kini memiliki alamnya sendiri yang berbeda dengan generasi terdahulu. Revolusi informasi berpengaruh besar pada pola pikir dan tindak muda-muda Indonesia.

Kendati begitu, kata pengajar di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya itu, bukan berarti nasionalisme di jiwa remaja Indonesia tidak ada. "Betul mereka jarang menyanyikan lagu Garuda Pancasila, tetapi mata mereka juga terlihat berkaca-kaca ketika menyanyikan lagu Garuda di Dadaku," ujar Joko.

Menurutnya, diperlukan pendekatan berbeda untuk menghunjamkan ruh kebangsaan kepada remaja masa kini. Tidak lagi, dengan cara seperti di era Orde Lama dan Orde Baru. 

"Bukan saya tidak sepakat dengan program bela negara secara militer, tetapi mereka harus didekati dengan cara kreatif, yang membuka ruang bagi mereka mengekspresikan kecintaannya pada negara ini," kata Joko.

Wakil Asisten Teritorial Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Brigadir Jenderal TNI Gatot Triswanto, kembali mengingatkan kepada semua kalangan masyarakat tentang hal yang disampaikan Panglima TNI Gatot Nurmantyo soal perang non-militeristik, yakni proxy war.

Perang jenis baru itu, katanya, lebih berbahaya daripada perang konvensional, yakni dengan merusak generasi bangsa, sehingga pada saatnya akan terjadi keterputusan generasi, atau lost generations. Mental dan kualitas generasi dirusak dengan narkotik dan asupan informasi yang jauh dari jati diri bangsa.

Karena itu, Gatot menegaskan bahwa perlu pengawalan nilai-nilai kebangsaan kepada siswa dan mahasiswa. “Misalnya, saat mereka mengikuti masa pengenalan sekolah, atau kampus. TNI sendiri sifatnya hanya mendampingi," katanya. (asp)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya