Alat Pemantau Gunung Merapi Bakal Diganti Teknologi Modern

Gunung Sinabung
Sumber :
  • VIVA.co.id/Putra Nasution

VIVA.co.id – Menteri Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM) Ignasius Jonan akan melakukan modernisasi seluruh alat pemantau aktivitas gunung api yang aktif di Indonesia pada 2017.

Reaktivasi Pabrik PIM-1 Bakal Tingkatkan Produksi Pupuk Indonesia

Saat melakukan kunjungan ke kantor Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kota Bandung Jawa Barat, Jonan mengakui jika alat pengukur dan pencatat aktivitas gunung di Indonesia yang digunakan saat ini sudah tua.

"Pada 2017 nanti biar dilengkapi dengan teknologi yang semodern mungkin," kata Jonan, Sabtu 12 November 2016.

Harga Komoditas Dunia Meroket, Kargo Batu Bara Terdongkrak Naik

Kepala Badan Geologi Ego Syahrial menambahkan, seluruh alat pemantau gunung yang ada, rata rata merupakan teknologi produksi 1980.

Bahkan, sebagian alat yang digunakan mengalami kerusakan. Tidak hanya itu, teknologi tersebut pada saat ini tidak mampu mendeteksi aktivitas vulkanik pada cuaca tertentu.

Konflik Rusia ke Ukraina Dongkrak Harga Minyak RI

"Alat yang kita punya era 80. Rentan sekali rusak. Contoh Gunung Sinabung tiap hari hujan abu. Sedangkan alat di sana tenaganya pakai sollar cell, kalau pakai abu, habis dong powernya. Sehingga enggak ketangkap di sini," tutur Ego.

Bahkan, saat alat mengalami kerusakan, pihaknya mengharuskan mengirim petugas langsu ke pos pemantauan. "Sehingga kita kirim org ke sana untuk membersihkan. Padahal itu daerah rawan erupsi," katanya.

PVMBG ingin memodernkan semua alat tersebut dengan yang lebih canggih. Menurutnya, alat seismograf buatan Jepang dan Amerika Serikat sangat layak.

"Alatnya sudah banyak yang jual. Jepang dan Amerika (yang bagus).  Baterai cari yang bisa tahan tiga sampai lima tahun. Sebanyak 74 pos pengamatan semuanya kita anggap penting. Walaupun paling tinggi yang (status) awas Gunung Sinabung," kata Ego.

Memperbarui alat pemantau aktivitas gunung harus menjadi prioritas karena karena 40 persen warga Indonesia rawan bencana. "Kita akan merivatalisasi. Ini berhubungan masyarakat banyak. Sekitar 40 persen penduduk, tinggal di daerah rawan bencana," ujarnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya