Budayawan Malaysia Sesalkan Klaim Tari Pendet
VIVAnews - Budayawan Malaysia Raja Ahmad Aminullah menyayangkan adanya klaim tarian pendet oleh Malaysia yang menjadi iklan pariwisata Malaysia.
Akibatnya, kedua negara saling bersitegang, yang seharusnya, menurut Raja Ahmad Aminullah seni dan budaya itu adalah bidang untuk menghubungkan, bukan merenggangkan.
"Saya pribadi merasa sedih dan kesal. Seni dan budaya seharusnya adalah bidang untuk menghubungkan, bukan merenggangkan. Kalau ada masalah, harus diselesaikan dengan kepala dingin," katanya dalam perbincangan di tvOne.
Namun demikian, Raja Ahmad Aminullah mengaku belum melihat iklan pariwisata Malaysia yang menunjukkan tari pendet sebagai bagian dari budaya mereka. Menurutnya, iklan pariwisata itu hanya diputar di luar negeri, dan bukan di Malaysia.
Dalam kesempatan yang sama, budayawan Indonesia Putu Wijaya menambahkan, kita memang harus menghadapinya dengan kepala dingin, tapi tidak ingin menjadi es.
"Kami tidak ingin berkelahi, tapi kalau ditantang apa boleh buat? Ini bukan pertama kalinya terjadi. Apa motivasi di balik semuanya? Apakah bisnis atau politis? Atau hanya keteledoran. Pemerintah bisa tenang, tapi rakyat tidak bisa kalau terus menerus diganggu seperti ini. Kami merasa diganggu," kata Putu Wijaya.
Seperti diketahui, ini bukan pertama kalinya Malaysia mengklaim kebudayaan Indonesia. Kebudayaan lain yang sempat diklaim antara lain, Reog Ponorogo, Angklung, Batik, dan lagu Rasa Sayange.
Menurut seniman Bali yang juga Rektor Institut Seni Indonesia (ISI), Wayan Dibia, peristiwa seperti ini bukan hal yang pertama terjadi. Bahkan, iklan pariwisata Malaysia menayangkan empat penari yang membawakan Tari Pendet itu dibuat di Bali.
Rekaman tarian itu, kata dia, direkam oleh Bali Record dengan mengambil lokasi di kebun raya Bedugul, Tabanan. "Itu direkam sekitar tiga atau empat tahun yang lalu. Dan saya mengenal dua penari di depan itu bernama Lusia dan Wiwik yang juga alumni ISI Bali," kata Dibia di Denpasar, Sabtu, 22 Agustus lalu.